Fatalitas Tinggi, RI Waspada Akibat Virus Marburg
JAKARTA, LyfeBengkulu.com- WHO menerima laporan kasus penyakit Marburg dari Guinea Ekuatorial pada 13 Februari 2023. Pemerintah Indonesia meminta masyarakat untuk tetap waspada meskipun belum ada kasus atau suspek Marburg di Indonesia.
Dalam laporan WHO, terdapat 9 kematian dan 16 kasus suspek di Provinsi Kie Ntem. Gejala yang timbul termasuk demam, kelelahan, muntah berdarah, dan diare.
Dari 8 sampel yang diperiksa, satu sampel dinyatakan positif virus Marburg. KLB di Guinea Ekuatorial diperkirakan dimulai pada 7 Februari 2023.
Meskipun Indonesia melakukan penilaian risiko cepat pada 20 Februari 2023 dan mendapatkan hasil bahwa kemungkinan importasi kasus virus Marburg rendah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap virus tersebut.
- Kemenag Siapkan Rp73 Miliar Tunjangan Khusus 9.043 Guru Madrasah Daerah 3T
- Tetap Segar dan Fit Selama Ramadan, Ini Caranya!
- Cara Mengajarkan Anak Tentang Puasa Selama Ramadan
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Marburg dan meminta semua pihak terkait untuk waspada terhadap virus Marburg.
Virus Marburg merupakan virus yang sangat mematikan dengan fatalitas mencapai 88%. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus Marburg.
Penularan virus Marburg melalui kelelawar/primate dan meskipun spesies host alami virus Marburg yaitu Rousettus aegyptiacus tidak ditemukan di Indonesia, Indonesia masuk dalam jalur mobilisasi kelelawar ini.
Gejala Marburg mirip dengan penyakit lain seperti malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini menyebabkan penyakit virus Marburg susah diidentifikasi.
- Mutasi, Dua Pejabat Utama Polda Bengkulu Ikut Pendidikan
- Beragam Jenis Kurma dan Manfaatnya untuk Kesehatan
- Bagaimana Mengganti Puasa Selama Ramadan Ketika Anda Sedang Sakit?
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan pada hidung, gusi, vagina atau melalui muntah dan feses yang muncul pada hari ke-5 sampai hari ke-7. Saat ini belum ada vaksin yang tersedia di dunia, vaksin masih dalam pengembangan. Ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1 yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen. Pengobatan yang ada saat ini bersifat simtomatik dan suportif. (**)