Kesehatan
Selasa, 26 Agustus 2025 13:35 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia gempar usai tersiarnya kabar seorang anak berusia 4 tahun yang meninggal dunia, usai tubuhnya dipenuhi oleh cacing.
Belajar dari kasus tersebut, tentu Anda perlu mengetahui bagaimana cara mendeteksi apakah kita terkena cacingan atau tidak, ciri-cirinya, dan bagaimana cara mengatasinya. Berikut penjelasannya, seperti yang telah dilansir dari berbagai sumber.
Cacing usus yang umum pada manusia terdiri dari cacing pipih dan cacing gilik (bulat).
Infeksi cacing pipih yang sering terjadi yaitu cacing pita (taeniasis) dan cacing hati (flukes).
Sedangkan infeksi cacing gilik yang umum yaitu cacing kremi (pinworms), cacing tambang (hookworms), cacing gelang (ascariasis), dan cacing cambuk (whipworms).
Tergantung jenisnya, cacing usus bisa menular dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan makan daging setengah matang dari hewan yang terinfeksi, seperti sapi, babi, atau ikan.
Penyebab lain infeksi cacing usus antara lain:
Cacing usus juga lebih mudah menular pada daerah tropis. Selain itu, Anda bisa tertular dari orang yang sudah terinfeksi atau dari benda yang disentuhnya. Itulah sebabnya cacing kremi lebih sering ditemukan pada anak-anak, yang masih belajar menjaga kebersihan tangan dan sering bermain di tanah atau pasir. Orang dewasa yang lebih tua dengan daya tahan tubuh lemah juga berisiko lebih tinggi.
Cacing dalam usus akhirnya akan keluar bersama kotoran. Bahkan tanpa gejala, Anda mungkin bisa menemukan tanda cacing pada tinja.
Dokter dapat memeriksa sampel tinja di laboratorium untuk menemukan cacing atau telurnya agar diagnosis lebih pasti.
Setelah masuk ke dalam putuh, parasit akan hidup di usus, berkembang biak, lalu menimbulkan gejala.
Gejala yang umum meliputi:
Pada beberapa kasus, penderita juga bisa mengalami disentri (diare disertai darah dan lendir). Infeksi cacing juga dapat menyebabkan ruam atau gatal di sekitar anus atau area kewanitaan. Kadang cacing bisa keluar bersama tinja saat buang air besar.
Namun, ada juga orang yang bisa membawa cacing usus bertahun-tahun tanpa gejala apa pun.
Infeksi cacing usus juga bisa meningkatkan risiko anemia (kurang darah), penyumbatan usus, dan malnutrisi.
Komplikasi ini lebih sering dialami oleh lansia atau orang dengan daya tahan tubuh lemah, misalnya penderita HIV. Infeksi cacing usus juga bisa lebih berbahaya pada ibu hamil. Dokter akan menentukan obat antiparasit yang aman digunakan selama kehamilan dan memantau kondisi pasien.
Beberapa jenis cacing, seperti cacing pita, bisa hilang dengan sendirinya bila sistem imun kuat dan pola hidup sehat. Namun sebagian besar membutuhkan obat antiparasit.
Pengobatan tergantung jenis cacing dan gejalanya.
Obat biasanya diminum 1–3 hari, dan gejala akan membaik dalam beberapa minggu. Setelah selesai pengobatan, dokter mungkin akan memeriksa tinja lagi untuk memastikan cacing sudah hilang.
Langkah pencegahan utama adalah menjaga kebersihan:
Anda juga sebaiknya masak buah dan sayuran dengan air matang atau air yang sudah dimurnikan, dan hindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran manusia.
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 26 Agt 2025
Bagikan
Layanan Kesehatan
10 bulan yang lalu