Minggu, 18 Mei 2025 18:05 WIB
Penulis:Herlina
JAKARTA, LyfeBengkulu.com– Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia. Menyumbang sekitar 40% dari total potensi global, kekayaan ini dimanfaatkan tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi juga untuk inovasi unik: kopi panas bumi pertama di dunia yang lahir dari kawasan Kamojang, Jawa Barat.
Terletak di Kabupaten Bandung, Kamojang merupakan wilayah eksplorasi panas bumi tertua di Indonesia sejak 1926. Kini, kawasan ini menjadi pelopor dalam pemanfaatan energi terbarukan untuk sektor pertanian dan UMKM, khususnya melalui produksi kopi dengan uap panas bumi.
Muhammad Ramdhan Reza Nurfadilah, atau akrab disapa Mang Deden, memulai bisnis kopi sejak 2015. Selain sebagai pemilik kedai kopi, ia aktif sebagai Ketua Karang Taruna di Kecamatan Ibun. Interaksinya dengan para pekerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) membuka peluang kolaborasi yang kemudian melahirkan inovasi kopi berbasis panas bumi.
Melalui diskusi santai yang berkembang menjadi riset bersama PGE, Deden menemukan potensi energi geothermal sebagai solusi pengolahan kopi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dengan dukungan dari PGE Kamojang, Deden memanfaatkan teknologi Geothermal Dry House. Teknologi ini menggunakan uap panas bumi yang stabil dan higienis untuk mengeringkan biji kopi, menggantikan sinar matahari yang tidak lagi konsisten akibat perubahan iklim.
Efisiensi waktu pengeringan meningkat hingga 300%, mengurangi risiko kontaminasi bakteri, dan menghasilkan kopi dengan cita rasa yang lebih fruity, aroma kuat, dan tekstur lembut.
Kini, Deden memimpin Geothermal Coffee Process (GCP), sebuah inisiatif yang bekerja sama dengan lebih dari 80 petani kopi di Kamojang. GCP memproses hingga 20 ton biji kopi per musim dan memproduksi green bean berkualitas tinggi melalui proses pascapanen terintegrasi.
Deden menargetkan GCP sebagai model usaha kopi geothermal dari hulu ke hilir, yang tidak hanya berfokus pada bisnis, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi komunitas lokal.
Kopi panas bumi Kamojang menarik perhatian internasional. GCP telah mengekspor produknya ke Jepang dan menargetkan ekspansi ke pasar Eropa. Untuk melindungi inovasi ini, Deden berinisiatif mendaftarkan paten, memastikan bahwa konsep asli Indonesia ini tidak diadopsi terlebih dahulu oleh negara lain.
Deden menekankan pentingnya kolaborasi dalam menjaga kualitas dan keberlanjutan produk. PGE Kamojang menjadi mitra utama dalam mewujudkan mimpi besar ini. Ia juga tengah menjajaki studi lanjutan di bidang manajemen bisnis, guna memperkuat fondasi GCP sebagai perusahaan berdaya saing global.
“Panas bumi bukan hanya untuk listrik, tapi juga membuka jalan hidup yang lebih baik. Kopi panas bumi adalah bukti bahwa energi terbarukan bisa berdampak langsung bagi masyarakat,” tutup Deden.
Bagikan