Salim Group
Selasa, 07 Oktober 2025 10:50 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Jika dulu Alfamart dikenal sebagai jaringan minimarket dengan logo merah-kuning yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia, kini brand ritel tersebut mulai menapakkan langkahnya di pasar internasional.
Tak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri, Alfamart kini sukses memperluas jangkauan bisnisnya hingga ke Filipina, bahkan jumlah gerainya telah melampaui sebagian jaringan ritel lokal di sana.
Ekspansi ini dimulai pada tahun 2014 ketika Alfamart bekerja sama dengan SM Investments Corporation (SM Group), salah satu konglomerat terbesar di Filipina, melalui skema joint venture dengan porsi kepemilikan masing-masing 50%.
Kolaborasi strategis tersebut membuahkan hasil yang signifikan. Dalam kurun waktu satu dekade, Alfamart berhasil berkembang pesat dengan lebih dari 2.400 gerai yang tersebar di berbagai wilayah, terutama di kawasan Luzon.
"Sekarang Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) itu tidak hanya ekspor barangnya, tapi tokonya juga diekspor. Jadi Aprindo sudah mempunyai banyak toko di Filipina, ada 2.400 toko di Filipina ya," jelas Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso, kala acara Peluncuran Hari Ritel Nasional di Auditorium Kemendag, Jakarta, Kamis,17 Juli 2025 yang lalu.
Baca juga : Overweight di Sektor Bank, BBCA dan BBTN Diproyeksi Jadi Penopang
Kehadiran Alfamart dianggap mampu menjangkau area perumahan dan komunitas yang selama ini belum banyak tersentuh jaringan ritel modern besar. Dengan format toko yang efisien, Alfamart sukses merebut hati konsumen kelas menengah dan masyarakat di daerah suburban Filipina.
Strategi Alfamart di Filipina bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan juga jembatan dagang antar-negara. Di rak-rak minimarket, konsumen bisa menemukan kombinasi produk lokal Filipina dengan berbagai merek populer asal Indonesia.
Mie instan Indomie, minuman Teh Botol, kopi instan Kopiko, hingga jamu Tolak Angin menjadi favorit yang laris manis di pasar Filipina. Pendekatan ini tak hanya memperkuat posisi Alfamart di sana, tetapi juga membuka pintu bagi produk UMKM dan brand Indonesia untuk dikenal lebih luas.
Untuk mendukung operasionalnya, Alfamart telah membangun sedikitnya empat pusat distribusi di Filipina. Rantai pasok yang solid ini memastikan ketersediaan produk tetap stabil, meski menghadapi tantangan logistik di negara kepulauan.
Kesuksesan di Filipina mendorong Alfamart semakin percaya diri merambah pasar global. Tahun 2025, perusahaan menargetkan membuka 200 gerai baru di Luzon. Tak berhenti di situ, Alfamart juga sedang mempersiapkan ekspansi ke Bangladesh dan menjajaki peluang di Malaysia.
"Memang kita mulai waktu itu dari Filipina. Dan kita sudah mulai masuk mulanya ke Filipina, bahkan kemarin dijajaki dengan Bangladesh dan Malaysia," jelas Budi. Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah Indonesia mendorong ekspor jasa ritel, yang sekaligus menjadi kanal distribusi bagi produk nasional ke pasar internasional.
Baca juga : Fluktuasi Pangan Jakarta: Daging Sapi Meroket, Telur Ayam Malah Turun
Dengan basis kuat lebih dari 18 ribu gerai domestik, Alfamart kini menjadi contoh bagaimana perusahaan ritel Indonesia bisa go global. Model kemitraan, kemampuan adaptasi terhadap pasar lokal, dan keberanian membawa produk dalam negeri ke luar negeri menjadikan Alfamart sebagai pionir ekspor jasa ritel Indonesia.
Jika ekspansi ke Bangladesh dan Malaysia berjalan sukses, bukan tidak mungkin Alfamart akan menjadi pemain ritel regional yang menyaingi jaringan global lain, sekaligus menjadi etalase bagi produk-produk asli Indonesia di kancah dunia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 03 Oct 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 07 Okt 2025
Bagikan
Salim Group
5 hari yang lalu