Investor
Selasa, 02 Juli 2024 10:17 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat.
Ketergantungan terhadap dolar AS menimbulkan risiko besar bagi ekonomi negara-negara di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara mulai mengurangi ketergantungan pada dolar dan beralih ke alternatif lain yang dianggap lebih sesuai.
Namun, hingga saat ini, pengaruh dolar Amerika Serikat terhadap perekonomian global masih sangat signifikan dan tidak dapat diabaikan.
Pertama, karena dolar AS merupakan mata uang cadangan global yang dominan, kebijakan moneter AS termasuk kebijakan yang dikeluarkan The FED seperti kenaikan suku bunga dapat dengan cepat mempengaruhi nilai tukar dan daya saing ekspor negara-negara lain.
Ketika AS menaikkan suku bunga, dolar bisa menguat, membuat produk ekspor negara lain lebih mahal di pasar global dan mengurangi daya saing mereka. Di sisi lain, impor menjadi lebih murah, yang dapat merugikan sektor manufaktur dan industri dalam negeri.
Kedua, dominasi dolar dalam cadangan devisa global juga berarti banyak negara mengandalkan dolar untuk menyimpan cadangan devisa mereka. Jika terjadi penurunan kepercayaan terhadap ekonomi AS atau terjadi krisis keuangan di AS, nilai dolar bisa mengalami penurunan drastis.
Hal ini berpotensi memicu efek domino di pasar keuangan global, karena banyak negara dan perusahaan multinasional bergantung pada dolar untuk transaksi perdagangan dan keuangan internasional.
Penurunan nilai dolar dapat mempengaruhi nilai aset dan utang dalam dolar yang dimiliki oleh negara-negara lain, serta meningkatkan biaya utang mereka.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa alasan mengapa kebijakan suku bunga The Fed dapat mempengaruhi kurs rupiah:
Keputusan The Fed untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan dapat mempengaruhi arus modal global. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menarik investor untuk mengubah nilai suatu aset atau instrumen keuangan ke dalam dolar AS.
Hal ini dapat meningkatkan permintaan terhadap dolar AS dan menekan nilai mata uang lain, termasuk rupiah.
Pasar keuangan cenderung merespons proyeksi dan komentar dari pejabat The Fed terkait kebijakan moneter di masa depan.
Jika The Fed mengindikasikan akan menahan suku bunga lebih lama atau bahkan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, hal tersebut bisa menguatkan dolar AS dan melemahkan mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Kebijakan suku bunga The Fed juga berdampak pada ekspektasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi global.
Jika suku bunga di AS naik, hal tersebut dapat mengurangi tekanan inflasi, namun juga dapat mengurangi likuiditas global yang dapat mempengaruhi pasar mata uang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 01 Jul 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Jul 2024
Bagikan
Ekonomi Indonesia
13 hari yang lalu