Senin, 21 Maret 2022 05:50 WIB
Penulis:Herlina
Editor:Herlina
ISTANBUL,LyfeBengkulu.com- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan jembatan gantung raksasa yang melintasi Selat Dardanelles Turki pada Jumat (18/3). Ini adalah proyek terbaru dari serangkaian proyek infrastruktur besar yang Erdogan prioritaskan selama dua dekade berkuasa.
Jembatan ini menghubungkan pantai Eropa dan Asia, Jembatan Canakkale 1915 dibangun oleh perusahaan Turki dan Korea Selatan dengan investasi sekitar US$2,8 miliar. Memiliki bentang utama atau jarak antara dua menara terpanjang dari jembatan gantung mana pun di dunia.
Erdogan mengatakan harga kendaraan yang menggunakan jembatan itu adalah 200 lira atau sekitar Rp 200 Juta. Pengerjaan proyek jembatan Dardanelles diluncurkan pada Maret 2017, dengan lebih dari 5.000 pekerja terlibat dalam pembangunannya.
Panjang tengahnya 2.023 meter. Angka ini merupakan referensi untuk peringatan 100 tahun Republik Turki pada tahun 2023. Ini adalah jembatan keempat yang menghubungkan pantai Eropa dan Asia di Turki, di samping tiga yang dibangun di Istanbul. Menaranya setinggi 318 meter dan total panjang jembatan adalah 4,6 km termasuk jembatan penghubung.
Hingga saat ini, kendaraan yang melakukan perjalanan antara Anatolia dan semenanjung Gallipoli harus melintasi Dardanelles dengan satu jam perjalanan feri, belum termasuk waktu tunggu selama lima jam. Perjalanan sekarang akan memakan waktu sekitar enam menit.
Mega proyek semacam itu telah menjadi pusat pencapaian Erdogan sejak Partai AK-nya pertama kali berkuasa pada 2002, termasuk bandara baru Istanbul, terowongan kereta api dan jalan di bawah selat Bosphorus Istanbul, dan sebuah jembatan di atasnya.
"Pekerjaan ini akan terus memberikan keuntungan bagi negara selama bertahun-tahun," kata Erdogan pada upacara pembukaan pada peringatan kemenangan angkatan laut Ottoman 1915 melawan pasukan Prancis dan Inggris di Dardanelles selama Perang Dunia Pertama.
"Proyek-proyek ini memiliki andil besar dalam menempatkan negara kita di depan dalam investasi, tenaga kerja, dan ekspor," katanya.
Tahun lalu dia meluncurkan apa yang sebelumnya dia sebut sebagai "proyek gila": sebuah kanal senilai US$15 miliar di Istanbul yang dimaksudkan untuk mengurangi tekanan di Selat Bosphorus yang sibuk. Namun kritikus mempertanyakan kelayakan proyek mengingat kesengsaraan ekonomi Turki, risiko lingkungan dan oposisi publik. (ta/**)
Bagikan