Facebook Akui Gunakan Foto Pengguna untuk Melatih AI, Ini Faktanya

Redaksi Daerah - Jumat, 13 September 2024 14:34 WIB
Facebook Akhirnya Akui Gunakan Foto Publik Milik Pengguna untuk Melatih AI (Pymnts)

JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, adanya teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan mengubah cara kita hidup dan bekerja. Perusahaan seperti Meta (sebelumnya Facebook) dan OpenAI berada di garis depan dalam teknologi ini.

Meskipun teknologi ini membawa kemudahan, ada juga kekhawatiran besar terkait privasi. Baru-baru ini, terungkap bahwa beberapa perusahaan menggunakan data pribadi pengguna untuk melatih model AI mereka, salah satunya adalah Meta.

Meta kini mendapat sorotan serius atas praktiknya.

Meta Mengakui Menggunakan Data Pengguna untuk Melatih AI

Seperti yang dilansir dari Gizchina, dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Senat Australia baru-baru ini, Direktur Privasi Global Meta, Melinda Claybaugh, membuat pernyataan yang mengejutkan. Penyelidikan tersebut bertujuan untuk mencari tahu apakah Meta telah menggunakan data pribadi pengguna, bahkan sejak 2007 untuk melatih model AI mereka.

Saat pertama kali ditanya oleh Senator Tony Sheldon apakah Meta telah mengakses postingan lama pengguna Australia untuk keperluan ini, Claybaugh awalnya membantahnya.

Namun, Senator David Shoebridge menantang bantahan ini dengan menunjukkan bukti bahwa Meta telah mengumpulkan postingan publik, termasuk foto dan teks, dari Instagram dan Facebook sejak 2007 selama postingan tersebut tidak diatur sebagai pribadi.

Ketika Shoebridge bertanya, "Meta memutuskan untuk mengumpulkan semua foto dan teks dari postingan publik di Facebook dan Instagram sejak 2007, kecuali postingan yang diatur menjadi pribadi, benar?" Claybaugh akhirnya mengakui, "Benar."

Berapa Banyak Data Pengguna yang Digunakan Meta?

Pengakuan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang privasi. Claybaugh menyatakan bahwa perusahaan tidak memindai akun anak-anak di bawah 18 tahun. Namun, ketika Senator Sheldon bertanya apakah foto-foto publik anak-anaknya yang diposting di akunnya akan dipindai, Claybaugh mengonfirmasi bahwa memang akan demikian. Hal tersebut tentu membuat banyak orang tua dan pengguna bertanya-tanya seberapa aman data mereka sebenarnya.

Satu pertanyaan tetap belum terjawab: Apa yang terjadi dengan data orang-orang yang berusia di bawah 18 tahun saat pertama kali membuat akun tetapi sekarang sudah dewasa? Perwakilan Meta menolak menjelaskan apakah data dari postingan awal mereka digunakan dalam pelatihan model AI, meninggalkan celah dalam pemahaman tentang skala penuh pengumpulan data ini.

Perlindungan Privasi Meta yang Tidak Merata

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana Meta menangani privasi data dengan cara yang berbeda di berbagai wilayah. Di Uni Eropa, pengguna bisa memilih untuk tidak membagikan data mereka untuk pelatihan AI. Namun, Meta tidak menawarkan pilihan yang sama kepada pengguna di Australia, yang menyebabkan frustrasi dan kekhawatiran tentang transparansi.

Ketidakkonsistenan ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen Meta untuk melindungi privasi penggunanya di seluruh dunia. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya bagi perusahaan untuk menerapkan standar privasi yang sama untuk semua pengguna, terlepas dari lokasi mereka. Kini, warga Australia merasa tertinggal, bertanya-tanya mengapa data mereka telah digunakan tanpa persetujuan, sementara pengguna di Uni Eropa bisa menolak.

Pengakuan Meta ini tentu menyoroti masalah yang lebih besar, yaitu kebutuhan akan transparansi yang lebih besar dalam cara perusahaan teknologi menangani data pengguna. Sistem AI membutuhkan banyak data untuk berfungsi dengan baik, tetapi menggunakan data pribadi tanpa memberi tahu pengguna merupakan pelanggaran kepercayaan. Konsumen atau pengguna suatu layanan berhak tahu bagaimana informasi mereka digunakan, dan mereka harus diberi pilihan untuk menolak jika tidak ingin terlibat.

Perkembangan AI yang cepat memang menarik, tetapi juga membutuhkan regulasi yang lebih kuat untuk melindungi privasi pengguna. Penting bagi perusahaan untuk jujur tentang bagaimana mereka menggunakan data dan memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membuat keputusan yang tepat. Kepercayaan antara perusahaan teknologi dan pengguna tergantung pada kejelasan ini.

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 13 Sep 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS