Mahal tapi Dicari, Rahasia di Balik Harga Fantastis Sushi

Redaksi Daerah - Selasa, 20 Mei 2025 08:01 WIB
Membongkar Alasan Harga Sushi Bisa Mahal

JAKARTA – Sushi, hidangan tradisional Jepang yang kini populer di seluruh dunia, dikenal tidak hanya karena cita rasanya yang khas, tetapi juga karena harganya yang cukup tinggi. Di sejumlah restoran kelas atas, satu porsi sushi bisa dihargai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung jenis dan kualitasnya.

Apa sebenarnya yang membuat sushi dibanderol semahal itu? Inilah beberapa faktor utama yang menyebabkan harga sushi terbilang tinggi:

Alasan Harga Sushi Bisa Mahal

1. Bahan Baku Berkualitas Tinggi

Sushi mengandalkan bahan utama berupa ikan mentah, terutama jenis-jenis premium seperti tuna sirip biru (bluefin tuna), salmon Norwegia, atau belut air tawar (unagi). Bahan-bahan ini tidak hanya langka, tapi juga harus dalam kondisi segar dan berkualitas tinggi agar aman dikonsumsi mentah.

Banyak restoran sushi di Indonesia mengimpor ikan segar langsung dari Jepang, Norwegia, atau negara lain, yang tentu menambah ongkos distribusi dan logistik.

2. Standar Kesegaran dan Penanganan Ketat

Karena disajikan mentah, ikan untuk sushi harus disimpan, dipotong, dan disajikan dengan standar higienitas dan pendinginan yang ketat. Rantai dingin (cold chain) dari tempat asal hingga meja makan harus terjaga sempurna untuk mencegah bakteri dan kerusakan pada daging ikan.

Kesalahan kecil dalam penanganan bisa membahayakan kesehatan konsumen—karena itu, biayanya tidak bisa ditekan sembarangan.

3. Keahlian Chef Sushi

Membuat sushi bukan sekadar menggulung nasi dan menaruh irisan ikan di atasnya. Dibutuhkan keterampilan, presisi, dan pengetahuan tentang kombinasi rasa, suhu, dan tekstur.

Chef sushi profesional biasanya menjalani pelatihan bertahun-tahun. Di Jepang, untuk menjadi itamae (chef sushi), seseorang bahkan bisa menjalani magang lebih dari 10 tahun. Keahlian ini tentu memengaruhi harga jual produk mereka.

4. Nasi Sushi yang Tidak Sederhana

Nasi untuk sushi, atau shari, bukan nasi putih biasa. Nasi ini harus dimasak dengan takaran khusus, menggunakan jenis beras berkualitas tinggi (seperti beras Jepang atau Koshihikari), dan dicampur dengan cuka beras, gula, serta garam dalam proporsi yang presisi. Proses ini memerlukan pengalaman dan bahan tambahan berkualitas.

5. Penyajian dan Estetika yang Detail

Sushi dikenal sebagai seni kuliner. Dari penyusunan bentuk, irisan ikan, hingga pemilihan piring saji, semuanya dibuat serapi dan seindah mungkin. Estetika ini menjadi nilai tambah yang membedakannya dari makanan biasa dan berkontribusi pada harga jualnya.

6. Jumlah Produksi Terbatas

Restoran sushi biasanya tidak memproduksi dalam jumlah besar seperti restoran cepat saji. Karena bahan-bahannya mudah rusak dan mahal, mereka hanya menyediakan dalam porsi terbatas setiap hari. Hal ini membuat harga per porsi lebih tinggi untuk menutup biaya operasional.

7. Faktor Gengsi dan Eksklusivitas

Di banyak tempat, sushi—terutama jenis omakase (sajian pilihan chef)—bukan sekadar makanan, melainkan pengalaman makan yang eksklusif. Restoran sushi kelas atas menawarkan suasana, layanan personal, dan keunikan rasa yang sulit ditemukan di tempat lain. Hal ini memberi kesan mewah dan menaikkan harga jualnya.

Penutup

Mahalnya harga sushi bukan semata soal gengsi atau tren, tapi mencerminkan kualitas bahan, keterampilan chef, dan proses detail yang menyertainya. Meski tidak semua sushi mahal, harga yang tinggi pada jenis tertentu sebenarnya sepadan dengan apa yang ditawarkan—rasa, seni, dan pengalaman kuliner yang autentik.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 18 May 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 20 Mei 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS