Perjalanan Sejarah Vatikan, Tempat Spesial Bagi Umat Katolik
JAKARTA – Paus Fransiskus, sosok yang dikenal karena keberaniannya dalam menggugat berbagai tradisi lama serta mengemban misi untuk memperbarui citra Gereja Katolik di mata dunia, telah meninggal dunia di usia 88 tahun.
Menurut laporan CBS News, Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus tutup usia pada pukul 07.30 pagi waktu setempat, Senin, 21 April 2025. Kepergiannya terjadi hanya sehari setelah kemunculan mengejutkannya di Lapangan Santo Petrus saat Paskah, di mana ia menyapa para peziarah.
Sementara itu, seperti dilaporkan The Art Newspaper, Paus Fransiskus menjabat sebagai pemimpin spiritual bagi 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia, sekaligus menjadi kepala negara Vatikan dan penjaga warisan seni serta arsitektur bersejarah yang dimiliki negara tersebut.
- Pemegang Saham BBRI Resmi Terima Dividen Rp31,4 Triliun Hari Ini
- Catat! 9 Produk Pangan Olahan Dinyatakan Mengandung Unsur Babi
- Menguak Alasan Ribuan CPNS Ramai-Ramai Mundur
Baca Juga: Mengingat Laudato Si, Warisan Paus Fransiskus untuk Pulihkan Bumi
Jorge Mario Bergoglio, yang lahir di Argentina, adalah Paus ke-266 dalam sejarah dua milenium Gereja Katolik. Ia menjadi Paus pertama yang berasal dari Ordo Yesuit, serta yang pertama datang dari benua Amerika dan wilayah selatan dunia.
Ia juga merupakan Paus pertama yang memilih nama Fransiskus, terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi—pendiri Ordo Fransiskan yang dikenal dengan semangat hidup sederhana.
Pilihan nama ini sejak awal menunjukkan bahwa ia akan menempuh gaya hidup yang lebih sederhana dan mengurangi kemewahan jabatan kepausan, berbeda dengan pendahulunya, Paus Benediktus XVI. Selain itu, ia juga dikenal lebih tegas dalam menyuarakan isu-isu keadilan sosial.
Sejarah Vatikan
Dilansir dari history.com, sejarah Vatikan sebagai pusat Gereja Katolik dimulai ketika sebuah basilika dibangun di atas makam Santo Petrus di Roma pada abad ke-4 Masehi. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi tempat ziarah yang populer dan kawasan perdagangan yang ramai.
Namun, daerah ini sempat ditinggalkan ketika pengadilan kepausan dipindahkan ke Prancis pada tahun 1309. Setelah kepausan kembali ke Roma pada tahun 1377, berbagai bangunan ikonik seperti Istana Apostolik, Kapel Sistina, dan Basilika Santo Petrus yang baru mulai dibangun di dalam wilayah kota tersebut.
Vatikan secara resmi menjadi negara berdaulat melalui penandatanganan Perjanjian Lateran pada tahun 1929.
Wilayah di tepi barat Sungai Tiber yang kini menjadi Vatikan dulunya adalah daerah rawa yang dikenal dengan nama Ager Vaticanus. Pada masa awal Kekaisaran Romawi, daerah ini menjadi kawasan administratif yang dipenuhi vila-vila mewah, serta sebuah sirkus yang dibangun di taman milik ibu Kaisar Caligula.
Setelah sebagian besar kota Roma terbakar pada tahun 64 Masehi, Kaisar Nero mengeksekusi Santo Petrus dan umat Kristen lainnya yang dijadikan kambing hitam di kaki Bukit Vatikan, dan mereka dimakamkan di sebuah nekropolis di sana.
Setelah menerima agama Kristen melalui Maklumat Milan pada tahun 313, Kaisar Konstantinus I memulai pembangunan sebuah basilika di atas makam Santo Petrus pada tahun 324.
Basilika Santo Petrus kemudian menjadi pusat spiritual bagi para peziarah Kristen, yang mendorong pembangunan tempat tinggal bagi para rohaniwan dan terbentuknya sebuah pasar yang berkembang menjadi kawasan perdagangan ramai bernama Borgo.
Setelah serangan bajak laut Saracen pada tahun 846 yang merusak Basilika Santo Petrus, Paus Leo IV memerintahkan pembangunan tembok untuk melindungi basilika suci beserta wilayah sekitarnya.
Tembok setinggi 39 kaki itu selesai dibangun pada tahun 852 dan mengelilingi area yang kemudian dikenal sebagai Kota Leonina, mencakup wilayah Vatikan saat ini serta distrik Borgo. Tembok ini terus diperluas dan dimodifikasi hingga masa kepausan Paus Urbanus VIII pada tahun 1640-an.
Meskipun para paus secara tradisional tinggal di Istana Lateran yang terletak di dekatnya, Paus Symmachus membangun tempat tinggal di samping Basilika Santo Petrus pada awal abad ke-6. Bangunan ini kemudian diperluas beberapa abad kemudian oleh Paus Eugene III dan Paus Innocent III.
Pada tahun 1277, sebuah lorong tertutup sepanjang setengah mil dibangun untuk menghubungkan bangunan tersebut dengan Castel Sant’Angelo. Namun, seluruh kompleks ini ditinggalkan ketika pengadilan kepausan dipindahkan ke Avignon, Prancis, pada tahun 1309, dan dalam setengah abad berikutnya, kota tersebut mengalami kemunduran.
Setelah Gereja Katolik kembali ke Roma pada tahun 1377, para rohaniwan berupaya mengembalikan kejayaan kota bertembok itu. Sekitar tahun 1450, Paus Nicholas V memulai pembangunan Istana Apostolik yang kelak menjadi kediaman resmi para paus berikutnya, serta mendirikan koleksi buku yang menjadi cikal bakal Perpustakaan Vatikan.
Pada tahun 1470-an, Paus Sixtus IV memulai pembangunan Kapel Sistina yang terkenal, yang dihiasi dengan lukisan dinding karya seniman Renaisans ternama seperti Botticelli dan Perugino.
Perubahan besar terjadi setelah Paus Julius II menjabat pada tahun 1503. Ia menugaskan Michelangelo untuk melukis langit-langit Kapel Sistina pada tahun 1508 dan meminta arsitek Donato Bramante merancang halaman Belvedere.
Selain itu, Julius II juga memutuskan untuk merobohkan Basilika Santo Petrus yang telah berdiri selama 1.200 tahun dan memerintahkan Bramante membangun basilika baru di lokasi yang sama.
Setelah wafatnya Paus Julius II pada tahun 1513 dan kematian Bramante setahun kemudian, proyek pembangunan Basilika Santo Petrus mengalami perdebatan panjang selama beberapa dekade terkait arah kelanjutannya.
Kebuntuan ini baru berakhir pada tahun 1547 saat Michelangelo memutuskan untuk melanjutkan pembangunan berdasarkan rancangan asli Bramante. Kubah ikonik Basilika Santo Petrus akhirnya diselesaikan oleh Giacomo della Porta pada tahun 1590, dan keseluruhan bangunan megah tersebut rampung pada tahun 1626.
Dengan tinggi mencapai 452 kaki dan luas sekitar 5,7 hektar, Basilika baru ini menjadi gereja terbesar di dunia hingga dibangunnya Basilika Our Lady of Peace di Yamoussoukro, Pantai Gading, pada tahun 1989.
Museum Vatikan berawal dari koleksi patung milik Paus Julius II. Galeri pertama dibuka untuk umum oleh Paus Clement XIV pada tahun 1773 dan diperluas oleh Paus Pius VI.
Para paus berikutnya terus menambah koleksi museum terkenal ini, termasuk dengan mendirikan Museum Mesir Gregorian, Museum Etnologi, serta Koleksi Seni Keagamaan Modern dan Kontemporer.
Para paus secara tradisional memegang kekuasaan atas wilayah-wilayah regional yang dikenal sebagai Negara Gereja hingga tahun 1870, ketika pemerintah Italia yang telah bersatu mengambil alih hampir seluruh wilayah di luar tembok kota Vatikan.
Ketegangan antara Gereja dan pemerintahan sekuler pun berlangsung selama 60 tahun, hingga akhirnya tercapai kesepakatan melalui Perjanjian Lateran pada Februari 1929.
Perjanjian ini ditandatangani oleh Benito Mussolini atas nama Raja Victor Emmanuel III, dan menetapkan Vatikan sebagai negara berdaulat yang terpisah dari Takhta Suci. Selain itu, Gereja juga menerima kompensasi sebesar US$92 juta atas kehilangan wilayah Negara Gereja.
Hingga kini, Vatikan tetap menjadi kediaman paus, pusat administrasi Takhta Suci (Kuria Roma), serta pusat spiritual bagi sekitar 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Sebagai negara merdeka terkecil di dunia, wilayahnya mencakup 109 hektare dengan batas sepanjang dua mil, ditambah kepemilikan atas 160 hektare properti di lokasi-lokasi lain yang terpisah.
Di samping bangunan dan taman bersejarah, Vatikan juga memiliki sistem perbankan dan telepon sendiri, kantor pos, apotek, surat kabar, serta stasiun radio dan televisi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 22 Apr 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 23 Apr 2025