Agar Tak Panik Saat Gempa, Ini Tips Sepele tapi Krusial

Redaksi Daerah - Kamis, 31 Juli 2025 20:00 WIB
Langkah Kecil yang Menyelamatkan Saat Gempa Terjadi

JAKARTA - Indonesia termasuk negara dengan aktivitas gempa yang sangat tinggi di dunia. Hal ini disebabkan oleh posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dan membentang di area Cincin Api Pasifik, sehingga wilayah ini rentan mengalami gempa bumi.

Fenomena alam ini dapat terjadi sewaktu-waktu dan seringkali menimbulkan dampak yang fatal, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materi. Para ahli kebencanaan pun terus mengingatkan pentingnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan langkah-langkah keselamatan saat gempa terjadi.

Sayangnya, banyak tips sederhana yang justru sering diabaikan atau dianggap sepele, padahal bisa menjadi penentu keselamatan ketika bencana datang. Berdasarkan pedoman resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berikut hal-hal kecil seperti cara berlindung yang benar hingga kesiapan evakuasi dapat membuat perbedaan besar antara hidup dan mati.

Saat Guncangan Terjadi, Jangan Panik, Lindungi Diri

Salah satu kesalahan paling umum saat gempa adalah berlari keluar saat guncangan masih terasa kuat. Pakar kebencanaan menyarankan agar masyarakat tetap di tempat dan melakukan teknik “Jatuh - Tutup - Pegang” (Drop – Cover – Hold). Ini berarti segera jatuh ke lantai, lindungi kepala dan leher, serta berpegangan pada struktur kokoh di sekitar.

Posisi tubuh juga sangat penting. Para peneliti merekomendasikan posisi menyerupai bayi dalam kandungan, yaitu melindungi kepala dengan tangan dan menekuk tubuh dengan kepala diselipkan di antara lutut. Posisi ini terbukti melindungi organ vital dan tulang belakang dari reruntuhan.

Jika tidak ada meja untuk berlindung, Anda bisa menggunakan benda di sekitar seperti bantal, tas, atau buku tebal untuk melindungi kepala. Berlindunglah di dekat dinding (bukan di sudut ruangan) agar peluang selamat lebih besar.

Selain itu, menjepret kunci gas dan listrik selama 5–10 detik pada fase gempa ringan atau pra-gempa dapat mencegah kebakaran yang sering kali menyusul pascagempa.

Baca juga : Efek Gempa Rusia, Tsunami Terdeteksi di Perairan Indonesia

Kesalahan Sepele yang Justru Mematikan

Banyak korban gempa terluka bukan karena bangunan runtuh, tapi karena kesalahan kecil saat evakuasi. Misalnya, menggunakan sandal atau sepatu saat hendak keluar rumah justru bisa membahayakan karena bisa membuat kaki terperangkap atau tersandung. Pakar menyarankan bertelanjang kaki lebih aman hingga benar-benar berada di zona aman, lalu baru kenakan sepatu.

Berdiri di ambang pintu juga bukan lagi pilihan aman. Rangka pintu modern kini tidak dirancang sekuat era dulu. Lebih baik berlindung di bawah meja. Sementara itu, kebiasaan memegang ponsel untuk merekam justru menguras baterai. Gunakan lampu ponsel seperlunya, simpan baterai untuk sinyal darurat atau lampu saat listrik padam.

Zona Aman di Dalam Rumah yang Sering Diabaikan

Ada beberapa titik di rumah yang ternyata bisa menjadi pelindung alami dari reruntuhan. Misalnya, dekat kulkas atau mesin cuci. Berat dan struktur padat alat ini mampu menahan sebagian runtuhan, menciptakan ruang kosong di sampingnya. Konsep ini dikenal sebagai triangle of life versi moderat.

Selain itu, kamar mandi dinilai sebagai zona aman karena jaringan pipa bisa menjadi jalur udara jika terjebak. Jika Anda berada di kamar tidur, kolong tempat tidur dengan rangka kayu kokoh juga bisa jadi perlindungan sementara.

Bada Juga : Mengguncang Rusia, Seberapa Dahsyat Gempa Berkekuatan 8,7?

Barang Wajib dalam Tas Darurat: Kecil Tapi Vital

Banyak yang menyepelekan isi tas darurat, padahal barang kecil bisa menjadi penyelamat. Misalnya, peluit jauh lebih efektif daripada teriakan saat meminta pertolongan karena suaranya bisa menembus reruntuhan. Masker debu menjadi alat penting untuk mencegah sesak napas akibat debu beton yang menurut WHO menjadi penyebab kematian tersering dalam bencana gempa.

Setelah gempa, jangan langsung menyalakan korek api atau alat listrik. Periksa dulu potensi kebocoran gas. Gunakan senter untuk penerangan. Sebelum keluar rumah, ambil sepatu kets yang sudah disiapkan di dekat pintu agar kaki terlindung dari paku, pecahan kaca, atau puing tajam. Dan yang tak kalah penting, buka semua pintu dan pagar sebelum keluar. Struktur bangunan yang bergeser bisa membuat pintu macet dan menyulitkan evakuasi jika terjadi gempa susulan.

Baca juga : Efek Gempa Rusia, Tsunami Terdeteksi di Perairan Indonesia

Data dari WHO tahun 2023 menunjukkan bahwa 90% korban luka gempa disebabkan oleh jatuhnya benda kecil seperti lampu gantung, rak buku, dan kaca jendela – bukan oleh robohnya bangunan. Oleh karena itu, latihan sederhana seperti simulasi “Jatuh-Tutup-Pegang” selama dua menit setiap bulan di rumah atau kantor dapat meningkatkan peluang selamat hingga 70%.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 31 Jul 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 31 Jul 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS