Alami Lonjakan Penyakit Pernapasan, Tiongkok Larang Guru dan Siswa Tidak ke Sekolah Saat Sakit
JAKARTA - Otoritas pendidikan Tiongkok telah menerapkan kebijakan baru di sektor pendidikan, yaitu dengan meminta sekolah-sekolah di seluruh negeri untuk meningkatkan pemantauan penyakit, sambil menyarankan siswa dan guru yang menderita demam atau batuk untuk mencari perawatan medis yang tepat waktu dan tidak datang ke sekolah saat sakit.
Aturan dibuat karena di musim dingin tahun ini, negara terus mengalami lonjakan penyakit pernapasan pada tahun ini.
Dikutip dari Global Times, dalam pemberitahuan yang baru dirilis pada hari Selasa, 5 Desember 2023, Kementerian Pendidikan Tiongkok memperkenalkan enam langkah utama kepada sekolah dan departemen pendidikan untuk memandu mereka dalam mengatasi epidemi musim dingin. Langkah-langkah tersebut juga bertujuan untuk menjaga kesehatan umum guru dan siswa serta pembelajaran normal dalam sistem pendidikan.
- Seolah Tak Mau Kalah, Google Rilis Model AI Gemini
- Mantap! DAMRI Kini Hubungkan Singkawang ke Malaysia
- Waduh! IDI Sebut Kasus COVID-19 di Indonesia Kembali Meningkat
Kementerian memperingatkan kemungkinan terjadinya tumpang tindih beberapa wabah penyakit. “Respon ilmiah dan efektif akan dilakukan untuk menanggapi periode epidemi yang tumpang tindih dan puncak epidemi yang bergantian dari berbagai penyakit epidemi yang mungkin terjadi,” katanya.
Pemberitahuan tersebut juga menekankan pentingnya sekolah menjaga komunikasi dengan departemen kesehatan dan pencegahan penyakit setempat agar dapat menangani penyebaran penyakit di kampus secara efektif.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional setempat, banyak wilayah di Tiongkok yang melaporkan bahwa penyakit pernafasan akut terus meningkat, dan penyakit pernafasan telah memasuki periode insiden tinggi yang didominasi oleh influenza.
“Selain itu, terdapat infeksi yang disebabkan oleh rhinovirus, pneumonia mikoplasma, virus pernapasan syncytial, adenovirus, dan patogen lainnya. Virus influenza dan rhinovirus paling banyak menyerang orang berusia 1-4 tahun, sedangkan virus influenza, pneumonia mikoplasma, dan adenovirus terutama menyerang orang berusia 5-14 tahun,” terang Komisi Kesehatan Nasional.
"Kelas saya tidak memiliki satu hari pun yang seluruh siswanya hadir sejak bulan September. Yang terburuk, hanya 12 dari 30 siswa yang menghadiri kelas. Sebelum meningkatnya kasus influenza, pneumonia mikoplasma banyak terjadi di kalangan siswa," Kata Zhao, seorang guru dari sebuah sekolah dasar di Shijiazhuang, Provinsi Hebei, Tiongkok Utara.
Departemen kesehatan Guangzhou juga mengatakan siswa dapat kembali ke sekolah jika gejalanya telah hilang, tidak menunjukkan tanda-tanda demam selama 48 jam dan dapat memberikan bukti kesembuhan dari rumah sakit komunitas.
- Ini Cara Melihat Spotify Wrapped 2023 yang Sedang Ramai di Media Sosial
- Penggunaan QRIS yang Masif Antarkan Bali Raih BI Award 2023
- Netizen dan Pelaku Usaha di Bali Keluhkan Mahalnya Tarif Taksi dan Taksi Online di Bandara Ngurah Rai
Baik guru maupun siswa yang sakit harus istirahat dan tidak bersekolah, tegas kementerian. Sebelumnya, beberapa rumah sakit telah mengambil tindakan darurat untuk mendirikan area belajar bagi anak-anak yang membutuhkan,
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 07 Dec 2023
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 08 Des 2023