Apa Itu Premenstrual Syndrome dan Bagaimana Gejalanya ?
BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Kamu pasti pernah mendengar istilah PMS. “Hati-hati, sedang PMS. Senggol bacok! Sekilas terdengar “horor” di telinga. Padahal sebenarnya tidak loh. Lantas apa itu PMS.
Menurut salah satu psikolog MotherHope Indonesia dr. Sylvia Detri Elvira,Sp.KJ, Premenstrual Syndrome atau Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah kondisi yang terdiri atas kumpulan gejala fisik dan emosional yang secara teratur terjadi dalam satu hingga dua minggu sebelum dimulainya setiap periode menstruasi. Nah, gejala ini akan hilang saat pendarahan menstruasi dimulai.Artinya, kondisi PMS tidak permanen ya.
“Gejalanya tidak sama pada setiap perempuan yang mengalami. Gejala fisik yang menyertai umumnya termasuk jerawat, payudara menjadi keras, kembung, dan merasa lelah. Gejala emosional yang umum antara lain lekas marah dan mengalami perubahan suasana hati. Ini adalah gejala nonspesifik dan dapat dilihat pada perempuan tanpa PMS,” papar dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Konsultan Psikoterapi, Neuroscience yang bertugas di RSCM Kencana ini.
- FLP dan JMS : Jangan Tunggu Lama Pengesahan RUU TPKS
- Sebanyak 95,93% Penyelenggara Negara Lapor LHKPN Tepat Waktu
- Dorong Pengesahan RUU TPKS yang Berpihak pada Korban
Gejala PMS, biasanya lanjut dr. Sylvia muncul selama sekitar enam hari, dengan pola gejala seseorang dapat berubah seiring waktu. “Gejala ini tidak terjadi selama kehamilan atau setelah menopause,” imbuhnya.
Lantas, apakah kita harus berkonsultasi dengan dokter terkait dengan kondisi PMS? Bila hanya gejala biasa tentunya tidak perlu ke dokter ya. Ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala PMS yang benar-benar mengganggu fungsi dan aktivitas sehari-hari sebagai perempuan aktif. Misalnya, obat penghalang rasa nyeri seperti parasetamol, metampiron dan lain-lainnya.
Namun bila gejalanya berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari ini bisa disebut Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Kondisi ini harus diwaspadai dan saatnya untuk berkonsultasi ke dokter.
“Gejalanya mirip depresi berat, intinya Seperti PMS namun derajatnya lebih berat sampai mengganggu,” katanya.
Nah, lalu apa yang harus kita lakukan supaya tetap nyaman beraktivitas selama mengalami menstruasi. Menurut dr. Sylvia kondisi menstruasi setiap perempuan itu berbeda-beda, tergantung bagaimana kita sebagai perempuan memaknai “menstruasi “ itu. Nah, jika kita menganggapnya sebagai satu anugerah bahwa itu menandakan bahwa kita seorang perempuan yang sehat dan normal, maka kita bisa menerima kondisi tersebut dan menjalani serta mengalaminya dengan santai.
“Sebaliknya, bila kita tidak menyukai dan menganggap itu sebagai yang menghalangi aktivitas, tentu kita menjadi tidak nyaman dan ingin haid itu tidak ada saja,” pungkasnya.
Untuk diketahui, MotherHope Indonesia merupakan organisasi non profit yang dibentuk untuk memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarganya yang mengalami baby blues syndrome, depresi pasca melahirkan, psikosis pasca melahirkan, dan gangguan mood lainnya pada masa hamil, bersalin, nifas, dan menyusui. Juga merupakan sebuah upaya preventif dari depresi pasca melahirkan, baik kepada kaum ibu, masyarakat luas, maupun tenaga kesehatan. (bth)