Benahi Tata Kelola Sampah Plastik Lewat "Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge"

Herlina - Jumat, 12 Agustus 2022 20:08 WIB
Dua organisasi dari Indonesia yang terpilih untuk mengikuti program ini adalah Bank Sampah Bersinar dan Kibumi.(foto : ist/lyfebengkulu)

JAKARTA,LyfeBengkulu.com- Dua organisasi dari Indonesia yang terpilih untuk mengikuti program akselerator yang bertajuk Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge. Yakni Bank Sampah, perusahaan sosial yang memberikan solusi pengelolaan sampah berbasis komunitas. Kemudian, Kibumi yakni perusahaan rintisan yang memperkuat rantai pasok daur ulang plastik melalui digitalisasi dan modernisasi tempat pengumpulan sampah.

Kedua terpilih berdasarkan kontribusi dalam mningkatkan jumlah sampah plastik yang dikelola, diproses, dan/atau didaur ulang. Mendukung peningkatan operasional dari pengelolaan sampah plastik dan daur ulang, serta meningkatkan kondisi kerja organisasi pengelolaan sampah dan daur ulang

“Di The Incubation Network, kami berkomitmen untuk mendukung usaha lokal yang membuat solusi-solusi untuk mencegah kebocoran sampah plastik. Komitmen kami hadir tidak hanya melalui program Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge namun juga melalui program Informal Plastic Collection Innovation Challenge yang kami lakukan tahun lalu. Melalui program tersebut kami telah mampu mendukung berbagai inovator yang memiliki misi meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik melalui peningkatan taraf hidup, transparansi, kapasitas, dan peran dari sektor informal,” kata Simon Baldwin, Direktur, The Incubation Network.

Lebih lanjut, Simon mengatakan “Kami sangat senang bahwa pada tahun ini, kami berhasil meningkatkan apa yang sudah kami lakukan sebelumnya. Kami juga sangat senang dapat mendukung berbagai inovator yang terpilih pada Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge karena mereka akan berperan penting dalam menyusun fondasi sistem pengelolaan sampah yang lebih baik di Indonesia dan Asia Tenggara.

Salah satu alasan diadakannya tantangan ini karena solusi-solusi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan global polusi plastik semakin dibutuhkan. Berbagai data memperkirakan bahwa sekitar dua juta ton sampah plastik atau 17% mencemari laut pada 2017-2019. Sampah-sampah ini berasal dari Indonesia , Filipina , Thailand , dan Vietnam . Namun, tidak hanya mencemari laut, sampah plastik yang dibakar atau dibuang sembarangan juga memberikan ancaman bagi lingkungan dan biodiversitas.

“Solusi inovatif berperan penting dalam tata kelola sampah di Asia Tenggara. Untuk itu, kami bangga dapat bekerja sama dengan The Incubation Network dan Alliance to End Plastic Waste untuk menyeleksi berbagai inovator yang memiliki solusi berdampak langsung untuk meningkatkan nilai sampah plastik. Kami tidak sabar untuk meningkatkan profil dan tentunya dampak mereka di Asia Tenggara,” kata Poonam Watine, Knowledge Specialist, Global Plastic Action Partnership.

Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge digagas The Incubation Network. Tujuannya untuk mendorong solusi inovatif yang fokus pada kegiatan daur ulang dan upcycling sampah plastik. Program yang dilakukan bersama Global Plastic Action Partnership, UpLink dari World Economic Forum, dan Alliance to End Plastic Waste memilih inovator yang akan berpartisipasi dalam program yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mereka selama lima bulan ke depan.

Sepanjang periode pendaftaran, program ini telah menerima lebih dari 100 pendaftaran melalui platform UpLink. Dari seluruh pendaftar tersebut, 48 kandidat telah disaring kembali oleh periset akademis, praktisi keberlanjutan, inovator, serta ahli iklim dan ekonomi sirkuler. Lima inovator yang terpilih akan menerima kesempatan untuk mengembangkan kemitraan, mendapatkan mentorship, meningkatkan profil, memperluas akses ke jaringan, dan mendapatkan hibah untuk mengembangkan solusi mereka. (**)

Editor: Herlina

RELATED NEWS