Bertani Milenial, Fokus Konsep Pertanian Jangka Panjang
BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Sarjana pertanian di Provinsi Bengkulu mempunyai peran penting dalam membangun pertanian berkelanjutan. Terlebih rencana strategis Kementerian Pertanian tahun terakhir memfokuskan pembangunan pertanian melalui konsep pembangunan pertanian berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan daya saing pertanian di pasar global.
Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Pertanian (DTPHP) Provinsi Bengkulu, Helmi Yuliandri mengajak lulusan sarjana pertanian di Bengkulu mulai fokus mengonsep pertanian jangka panjang yang berafiliasi pada pengembangan teknologi pertanian.
"Terlebih saat ini sektor pertanian telah ditopang oleh keberadaan teknologi tepat guna yang dapat membantu petani lebih efektif dalam menanam, memanen dan mengolah," kata Helmi, Sabtu (03/09).
Helmi mengatakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun sektor pertanian merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Saat ini peran tenaga kerja pertanian di Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja nasional tidak terbantahkan memiliki kontribusi terbesar. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa jumlah penduduk yang bekerja per Agustus 2020 sebanyak 128,45 juta orang. Dari angka tersebut, terbanyak bekerja di sektor pertanian dengan 38,23 juta orang tenaga kerja atau sekitar 29,76 persen.
"Meskipun terjadi peningkatan serapan tenaga kerja sebesar 2,23 persen pada awal tahun 2021 tetapi jumlah tersebut sebetulnya tetap menurun selama kurun lima tahun terakhir sehingga menurunnya angkatan tenaga kerja di sektor ini perlu menjadi perhatian," paparnya.
Mengapa hal tersebut perlu disoroti, sebab terang Helmi, kajian dari Bappenas bahwa Indonesia pada tahun 2063 tidak akan ada yang menjadi petani. Pernyataan itu dilandasi oleh tiga akar permasalahan yaitu masalah regenerasi, alihfungsi lahan serta urbanisasi masyarakat desa ke perkotaan yang sampai saat ini selalu menjadi polemik.
"Masalah regenerasi petani sangat serius bagi kemajuan di bidang ketenagakerjaan pertanian. Hari ini telah terjadi perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian, yaitu petani berusia tua jumlahnya semakin meningkat, sementara tenaga kerja usia muda semakin berkurang," jelasnya.
"Fenomena ini menambah permasalahan klasik ketenagakerjaan pertanian selama ini, yaitu rendahnya rata-rata tingkat pendidikan dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor lain," imbuh Helmi.
Helmi mengambil sampel dari beberapa bidang ilmu yang terdapat dalam studi pertanian, misalnya sarjana peternakan dan perikanan budidaya yang memilih bekerja di sektor lain, sebenarnya bisa sangat prospektif.
- Thailand dan Jepang Jadi Pembeli Utama Cangkang Sawit dari Bengkulu
- Pemprov Bengkulu Dorong UMKM Berorientasi Pada Ekspor
- Volume Bongkar Muat Pelabuhan Pulau Baai Menurun
"Namun yang jadi masalah adalah pemikiran di mana semuanya dikerjakan dengan cara manual atau tradisional dan lingkup kerja yang kotor. Itu salah. Prospek jangka panjang justru sebaliknya, ke depan produk pertanian justru akan semakin mahal dan teknologi yang digunakan juga semakin canggih yang itu justru tidak dipahami melenial saat ini," terang Helmi.
Oleh karenanya, Pemerintah Provinsi Bengkulu terus mendorong agar lulusan sarjana di daerah dapat mengambil momen ini sebagai bentuk regenerasi dan menciptakan iklim pertanian milenial.
"Saya yakin sarjana pertanian yang memiliki orientasi adaptif dan inovatif di bidang ini akan sukses ke depannya," demikian Helmi. (mb)