Jatuhnya Sritex dan Kompleksitas Bisnis Keluarga Lukminto
JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto diketahui telah menginstruksikan empat kementerian untuk mengkaji berbagai opsi dan skema untuk menyelamatkan pekerja PT Sri Rejeki Isman (Sritex) dari ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang.
Keempat kementerian yang dimaksud adalah Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Tenaga Kerja.
“Pemerintah akan segera mengambil langkah-langkah agar operasional perusahaan tetap berjalan dan pekerja bisa diselamatkan dari PHK. Opsi dan skema penyelamatan ini akan disampaikan dalam waktu secepatnya, setelah empat kementerian selesai merumuskan cara penyelamatan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat, 25 Oktober 2024.
- Lewat Program Pemberdayaan, BRI Dorong Klaster Usaha Manggis di Bali Perluas Jaringan Pemasaran
- Komitmen Berdayakan UMKM, BRI Gelar Bazaar UMKM BRILiaN
- JIMBAFEST 2024 Gaungkan Pesan Pelestarian Budaya dan Lingkungan Bali ke Pentas Dunia
Menurutnya, prioritas pemerintah saat ini adalah menyelamatkan karyawan perusahaan agar mereka dapat mempertahankan sumber penghidupan.
Sebelumnya, PT Sritex dinyatakan pailit berdasarkan hasil sidang Pengadilan Negeri Semarang dalam perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg. Keputusan pailit ini berdampak pada kemungkinan PHK bagi belasan ribu karyawan Sritex.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja telah meminta agar Sritex tidak segera melakukan PHK.
“Kemnaker meminta kepada PT Sritex dan anak-anak perusahaan nya yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga agar tidak terburu-buru melakukan PHK kepada pekerja-nya, sampai dengan adanya putusan yang inkrah atau dari MA,” kata Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsos) Indah Anggoro Putri.
Sebelumnya, dalam kontestasi Pemilu 2024, para direksi dan karyawan Sritex bersatu mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Gibran Rakabuming Raka berkunjung ke Sritex di Sukoharjo pada Selasa, 23 Januari 2024. Dalam kesempatan tersebut, Gibran menyampaikan, sudah saatnya Indonesia mengoptimalkan hilirisasi produk, termasuk dalam industri tekstil.
“Kita ingin ke depan tidak ada lagi tumpang tindih peraturan. Harus kita buat semudah mungkin agar industri bisa tumbuh, harus kita harmonisasi, dibikin simpel,” ungkapnya.
Ia juga mengapresiasi Sritex yang telah melaksanakan peraturan dengan bekerja sama dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Gibran optimis, industri tekstil domestik dapat berkembang dengan adanya penyederhanaan regulasi. Selain itu, program hilirisasi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Calon pemimpin harus aware dan jangan sampai salah melangkah. Saya mohon doanya agar semua dilancarkan dan juga PT Sritex terus jaya,” ungkapnya.
Sritex adalah perusahaan tekstil yang berpusat di Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk mendukung operasionalnya, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta.
Sritex memusatkan sebagian besar kegiatan operasionalnya di lahan seluas 79 hektare di Sukoharjo. Selain mempekerjakan tenaga lokal, Sritex juga merekrut sejumlah profesional dari luar negeri, termasuk dari Korea Selatan, Filipina, India, Jerman, dan China. Beberapa klien besar Sritex meliputi H&M, Walmart, K-Mart, dan Jones Apparel.
Sritex memiliki pabrik di Jalan KH. Samanhudi No. 88, Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Perusahaan tekstil ini berawal dari kios kecil bernama UD Sri Rejeki di Pasar Klewer, Solo. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1966 oleh almarhum Ie Djie Shien, yang dikenal sebagai H. Muhammad Lukminto.
Dilansir dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan, seiring berjalannya waktu, bisnisnya berkembang cukup pesat. Ia kemudian memindahkan usahanya dari Solo ke Sukoharjo dengan mendirikan pabrik baru yang lebih besar.
Tahun 1972, pabrik ini diberi nama Sri Rejeki Isman Tbk dan resmi terdaftar sebagai Perseroan Terbatas (PT) di Kementerian Perdagangan pada tahun 1978. Usaha Sritex semakin berkembang pesat, terbukti dengan pendirian pabrik tenun pertama pada tahun 1982, diikuti oleh perluasan pabrik pada tahun 1992.
Perluasan pabrik mencakup penambahan empat lini produksi, yaitu pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana. Dengan menyatukan semua lini produksi di satu lokasi, diharapkan proses produksi dapat berjalan lebih cepat.
SRIL adalah perusahaan yang sahamnya dikendalikan Keluarga Lukminto dan kini terdaftar sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kini, kepemimpinan perusahaan dipegang oleh generasi kedua, yaitu kakak beradik Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto.
Skala bisnis yang sangat besar, Sritex menjadi salah satu penopang ekonomi Kabupaten Sukoharjo, di mana puluhan ribu masyarakatnya bergantung pada keberadaan perusahaan tersebut.
Pabrik Sritex yang berada di Jalan Samanhudi, Kabupaten Sukoharjo, memiliki area yang sangat luas dan mencakup berbagai tahap industri tekstil, mulai dari rayon, katun, dan poliester, hingga kain mentah, bahan jadi, dan pakaian jadi. Selain itu, Sritex memiliki kantor besar di Jakarta yang berlokasi di Jalan Wahid Hasyim Nomor 147, Jakarta Pusat.
Di bawah kepemimpinan kakak beradik Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto, Sritex tetap kokoh dan mampu mempertahankan reputasinya di pasar global.
Dilansir dari p2k.stekom.ac.id, selama pandemi COVID-19, operasional pabrik tidak terganggu. Hal ini terbukti dengan kemampuan PT Sritex mendistribusikan sebanyak 45 juta masker hanya dalam waktu tiga minggu. Selain itu, Sritex juga terus mengekspor produknya ke Filipina meskipun situasi masih dalam masa pandemi.
Namun, meski produksi dan penjualan masih berjalan, Sritex memiliki utang yang terus bertambah selama bertahun-tahun. Berdasarkan laporan keuangan terbaru, utang Sritex mencapai sekitar Rp25 triliun. Di sisi lain, kerugian yang dialami Sritex hingga pertengahan tahun ini mencapai Rp402,66 miliar.
Utang dan kerugian ini semakin diperburuk oleh lambatnya penjualan akibat pandemi COVID-19 serta persaingan sengit dalam produk tekstil dan produk tekstil (TPT) antarnegara.
Lini Bisnis Lukminto
Dilansir dari Antara, meski dikenal sebagai perusahaan tekstil, keluarga Lukminto memiliki beberapa lini bisnis lain, salah satunya yang terkenal adalah Gedung Olahraga (GOR) Sritex yang terletak di pusat Kota Solo.
GOR Sritex menjadi salah satu tempat utama untuk penyelenggaraan acara bola voli dan basket. Lokasi ini juga sering digunakan untuk mengadakan berbagai acara yang melibatkan massa.
Hingga saat ini, GOR tersebut masih aktif digunakan untuk menyelenggarakan turnamen olahraga. Terbaru, GOR Sritex ditunjuk sebagai salah satu lokasi untuk pertandingan bola basket pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo 2024.
Selain GOR Sritex yang aktif disewakan, keluarga Lukminto juga masih mengoperasikan Museum Tumurun.
Museum tersebut menyimpan berbagai seni instalasi, seni kontemporer, lukisan, dan koleksi mobil antik. Awalnya, museum ini adalah museum pribadi milik keluarga, tetapi kini telah dibuka untuk umum dengan sistem berbayar.
- 8 Tanda Seseorang Terjebak di Kelas Menengah, Anda Termasuk?
- Deretan Kepala Negara yang Tidak Memiliki Ibu Negara
- 5 Hewan Peliharaan Presiden di Dunia, Tidak Hanya Bobby Kertanegara
Di bawah anak perusahaan PT Wisma Utama Binaloka, Sritex Group juga mengelola beberapa hotel dan restoran yang tersebar di berbagai kota, termasuk Restoran Diamond, Grand Orchid, dan @Hom, serta satu Hotel Grand Quality di Yogyakarta.
Terdapat juga dua Hotel Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta beberapa hotel lainnya seperti Holiday Inn, Holiday Inn Express, Horison, dan Solo Mansion.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 28 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 28 Okt 2024