Menkeu Sri Mulyani Pastikan Perekonomian Domestik Menunjukkan Tren Positif

Herlina - Kamis, 28 Juli 2022 07:43 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyadi dalam konferensi pers tentang APBN KiTa periode Juli 2022.

JAKARTA,LyfeBengkulu.com - Menteri Keuangan Sri Mulyadi memastikan perlunya dilakukan akselerasi vaksinasi, untuk mengantisipasi meningkatnya kasus harian Covid-19 global dan domestik akibat adanya varian baru. Meskipun secara global dan domestik varian baru belum memberikan tekanan dalam sistem kesehatan. Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyadi dalam konferensi pers tentang APBN KiTa periode Juli 2022.

Di Indonesia, sampai dengan 25 Juli 2022, vaksin Covid-19 telah diberikan kepada 202,22 juta masyarakat (74,8% populasi) untuk dosis 1, 169,84 juta masyarakat (62,9%) untuk dosis 2, dan 54,68 juta masyarakat (20,2% populasi) untuk vaksin booster.

Sementara itu, tantangan dan risiko global bergeser ke peningkatan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter serta likuiditas. Tingginya tekanan inflasi mendorong percepatan pengetatan kebijakan moneter, khususnya di AS.

Tekanan inflasi global yang masih terus berlanjut mendorong kenaikan suku bunga di banyak negara serta berpotensi mendorong peningkatan cost of fund, termasuk di Indonesia. Sinyal pelemahan global juga nampak dari perlambatan PMI manufaktur karena adanya penurunan demand dan confidence, tekanan harga, dan berlanjutnya supply disruption.

Naiknya volatilitas tersebut diiringi tren pelemahan global yang meningkatkan potensi risiko resesi di banyak negara, termasuk AS dan Tiongkok yang mengalami perlambatan tajam aktivitas ekonomi. Survei Bloomberg pada 15 Juli 2022 menunjukkan potensi resesi di Sri Lanka sebesar 85%, AS 40%, dan China 20%, sedangkan Indonesia hanya 3%, jauh lebih kecil dibandingkan ketiga negara sebelumnya. WEO IMF pada Juli 2022 merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2% pada 2022 dan 2,9% 2023 masing-masing menurun sebesar 0,4 dan 0,7 poin dari proyeksi sebelumnya pada April lalu. Selain itu, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan sebesar 2,3% pada 2022 dan 1,0% pada 2023; Tiongkok sebesar 3,3% pada 2022 dan 4,6% pada 2023, serta Indonesia sebesar 5,3% pada 2022 dan 5,2% pada 2023.

Beralih ke domestik, pemulihan ekonomi berjalan baik, namun risiko global khususnya inflasi dan potensi resesi negara maju harus diwaspadai. Posisi Indonesia relatif lebih aman dibandingkan beberapa negara, dilihat dari tingkat risiko kredit dan rasio utang Indonesia yang relatif lebih rendah. Volatilitas global berdampak pada tekanan inflasi domestik dan pasar obligasi Indonesia, meski dampaknya terbatas didukung likuiditas domestik yang kuat. Selanjutnya, aktivitas masyarakat sudah kembali normal dan mendorong kegiatan ekonomi, diikuti mobilitas masyarakat di kuartal II yang mengalami peningkatan signifikan karena periode libur.

Kinerja APBN hingga bulan Juni kembali mencatatkan surplus ditopang kinerja pendapatan yang tumbuh di semua komponen. “Kita akan terus menjaga kesehatan APBN dari guncangan-guncangan yang makin kuat dari luar negeri, maka kita harus membuat agar APBN kita tetap sehat, sehingga dia bisa melindungi masyarakat dan perekonomian kita,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Juli 2022.

Sementara itu, APBN bekerja keras melalui Belanja Negara untuk mendukung program pemulihan ekonomi dan menjaga dampak adanya ketidakpastian. Outlook defisit APBN 2022 turun dari 4,85% PDB (APBN) menjadi 3,92% PDB. Peran APBN sebagai shock absorber perlu dijaga agar berfungsi optimal, namun dengan tetap memperhatikan kesehatan dan kredibilitas APBN. (**)

Editor: Herlina
Tags Tren PositifBagikan

RELATED NEWS