Menonton Film Horor Semi Dokumenter Lewat "KKN di Desa Penari"
BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Banyak pendapat yang telah diberikan penikmat film saat penayangan KKN di Desa Penari. Mulai dari yang merasa KKN di Desa Penari tidak sesuai ekspetasi penonton ataupun sebaliknya. Penayangan film KKN di Desa Penari telah memenuhi ekspetasi meskipun memang pada beberapa bagian ada yang terkesan memaksa atau tidak disampaikan secara jelas.
Alur yang diceritakan dalam film memang didominasi dengan mengikuti alur cerita SimpleMan di Twitter. Bahkan bisa dibilang terlalu kaku sehingga film ini bagai masing-masing twit yang dibuat reka adegannya.
Alur cerita film ini sebenarnya tidak berbelit-belit namun alur cerita film ini kadang seperti kehilangan fokus akan menceritakan tentang apa saking terlalu banyak yang harus dijelaskan.
Film bergenre horror ini lebih terasa seperti film dokumenter. Bukan membosankan, namun justru itu menjadi daya tarik tersendiri. Film ini terasa lebih menarik jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan ketimbang horror menyeramkan.
Terlepas dari cerita yang seadanya dari film KKN di Desa Penari, tetap mengapresiasi segenap tim atas kualitas sinematografi, desain produksi, tata rias, tata suara, juga set properti yang digunakan.
Cara Lele Laila menulis skenario film KKN di Desa Penari jika dilihat dari sudut pandang budaya terbilang cukup apik, namun karena film ini masuk dalam genre horror kesan menyeramkan yang diberikan belum mampu membuat penonton merasa merinding seperti saat menonton film Pengabdi Setan atau The Conjuring yang juga diangkat dari kisah nyata.
- Tips Aman Bagi Bikers Gunakan Aplikasi Navigasi
- Wujudkan Zero Victim, BMKG Cek Instrumen Peringatan Dini Gempa dan Tsunami
- Training Cek Fakta : Jurnalis Bengkulu Melawan Berita Bohong
Hal yang cukup fatal yang ada di film KKN di Desa Penari adalah sound atau backsound musik. Bukan karena banyak jump scare, tapi kualitas sound di film ini cukup mengganggu.
Saat ada musik latar yang membangun suasana untuk membuat kita tegang, musik tersebut dipasang terlalu tinggi. Hal ini bukan membuat suasana seram terbangun,tapi malah membuat penonton merasa bising karena musik tersebut. Namun, alunan musik lagu-lagu khas sinden di film ini tetap berhasil menghidupkan suasana. Apalagi, suara gamelan yang ada di sana. (**)