Minim Prasarana, Produktivitas TBS Terhambat
BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Musim hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu sepekan terakhir telah menghambat penjualan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Hal tersebut terjadi karena banyak perkebunan kelapa sawit masyarakat di daerah ini belum memiliki akses prasarana yang bagus.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkindo) Provinsi Bengkulu, Jakfar mengatakan, penjualan TBS kelapa sawit di Bengkulu menjadi terhambat karena banyak petani yang tidak bisa mengangkut hasil produksi ke luar kebun. Hal ini disebabkan akses jalan yang belum baik dan sulit untuk dilalui kendaraan saat hujan turun.
"Karena akses jalan masih tanah, sehingga banyak petani belum bisa membawa TBS kelapa sawitnya ke luar kebun," kata Jakfar.
Ia mengatakan, rata-rata, jalan menuju perkebunan kelapa sawit didominasi oleh tanah dan berlumpur, sehingga saat musim penghujan sangat sulit untuk dilewati. Lebih lagi, kontur area perkebunan sawit di Bengkulu tergolong perbukitan sehingga sangat sulit dijangkau meski menggunakan mobil double gardan.
"Inilah kendala yang dihadapi petani kelapa sawit di Bengkulu jika musim hujan," tuturnya.
- Berikut 8 Situs Inspirasi Fashion yang Perlu Kamu Baca
- Hari Bebas Kendaraan Bermotor Momentum Penataan Kawasan Wisata Pantai Panjang
- ESG Award: Erajaya Swasembada (ERAA) Raih Predikat Sustainability pada TrenAsia ESG Excellence 2022
Untuk mengatasi hal tersebut, Ia meminta, kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) agar menyalurkan anggaran Sarana dan Prasarana ke Bengkulu. Anggaran tersebut nantinya bisa dimanfaatkan untuk pembangunan jalan kebun di Bengkulu.
"Kita minta ada anggaran untuk pembangunan jalan kebun di Bengkulu, itu sangat dibutuhkan petani di Bengkulu," tutupnya.
Sementara itu, salah satu pengumpul TBS sawit di Bengkulu, Berlian Utama mengatakan, pasokan TBS sawit saat ini sangat menurun terutama saat ini memasuki musim jarang berbuah.
"Sekarang itu memang sedang musim trek atau jarang berbuah, ditambah lagi mobil tidak bisa menjangkau lokasi karena jalan berlumpur dan licin," ungkapnya.
Tidak tanggung-tanggung, penurunan pasokan TBS sawit di wilayah Bengkulu mencapai 50 persen.
"Biasanya petani ini bisa menghasilkan 1 ton TBS dalam satu hektare, kalau sekarang palingan hanya 500 hingga 600 kilogram saja," katanya.
Meski begitu, harga TBS sawit terus mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir dan tertinggi menyentuh harga Rp 2.180 perkilogram.
"Kalau hari ini harga TBS sawit belum berubah, tetapi beberapa hari kemarin naik terus setiap hari," tutupnya. (mb)