TikTok Shop dan Gelombang PHK Massal 2025, Ini Daftar Lengkapnya
JAKARTA – Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus meningkat di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Kini, giliran TikTok Shop yang disebut-sebut akan merumahkan ratusan karyawannya di Tanah Air.
Kabar ini pertama kali dilansir oleh Bloomberg. Berdasarkan laporan per 2 Juni 2025, PHK di unit e-commerce milik ByteDance Ltd ini dilakukan sebagai upaya efisiensi biaya pasca-merger dengan Tokopedia pada tahun 2024.
Sumber yang meminta tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa langkah lebih lanjut terkait PHK TikTok Shop akan dilakukan paling cepat pada Juli 2025.
- Dukung UMKM, BRI Salurkan KUR Rp54,9 Triliun per April 2025
- UMKM Binaan BRI Unjuk Gigi di Pameran Kopi Dunia di AS
- BRI Liga 1 2024/2025 Sukses Besar, BRI Tegaskan Peran Sepak Bola untuk UMKM dan Olahraga
TikTok Shop kemungkinan besar akan memangkas staf di semua tim e-commerce, termasuk logistik, operasional, pemasaran, dan pergudangan. Hal ini akan menyebabkan jumlah total karyawan gabungan Tokopedia dan TikTok Shop hanya sekitar 2.500 orang di Indonesia.
Sekadar informasi, setelah merger TikTok Shop dan Tokopedia yang selesai pada awal Januari 2024, bisnis e-commerce ByteDance di Indonesia memiliki sekitar 5.000 karyawan.
Merger ini memungkinkan ByteDance untuk memulai kembali bisnisnya di Indonesia dan mematuhi peraturan yang berlaku. TikTok Shop sebelumnya beroperasi sebagai bagian dari aplikasi media sosial TikTok.
Langkah ini diambil menyusul keluarnya Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE), yang menyebabkan TikTok Shop dilarang beroperasi di Indonesia pada September 2023.
Dilansir dari sumber yang sama, seorang juru bicara TikTok menyebutkan bahwa perusahaan secara rutin menilai kebutuhan bisnisnya dan melakukan penyesuaian untuk memperkuat organisasi serta melayani pelanggan dengan lebih baik, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Kami terus berinvestasi di Tokopedia dan Indonesia sebagai bagian dari strategi kami untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi yang berkelanjutan," ujarnya.
TikTok Shop kini tengah mempercepat perombakan operasinya di Indonesia dengan mengurangi sebagian besar staf yang diperolehnya setelah bergabung dengan Tokopedia milik GoTo Group, dalam kesepakatan senilai US$1,5 miliar.
- GOTO hingga ANTM Jadi Saham Tercuan di LQ45
- IHSG Hari Ini Turun 65,65 Poin ke 7.110,17
- Quiet Quitting, Tren Gen Z di Jepang Tak Mau Kerja Mati-matian
Gelombang PHK pada 2025
Sepanjang tahun 2025, Indonesia memang mengalami gelombang PHK yang cukup signifikan. Fenomena ini terutama melanda sektor-sektor industri padat karya dan manufaktur, di tengah tekanan ekonomi global dan tantangan domestik yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi.
Data dari berbagai sumber menyebutkan bahwa lebih dari 60.000 pekerja terkena PHK hanya dalam dua bulan pertama tahun ini. Wilayah yang paling terdampak mencakup kawasan industri besar seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cikarang, dan sejumlah kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat sekitar 40.000 pekerja kehilangan pekerjaan pada Januari–Februari 2025.
Sedangkan Kementerian Ketenagakerjaan mencatat total PHK mencapai 50.000 pekerja hingga Maret 2025. Industri tekstil dan garmen menjadi sektor paling terpukul. Sejumlah perusahaan besar terpaksa menutup operasional atau memangkas jumlah tenaga kerja secara drastis. Sritex Group, salah satu produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara, mem-PHK hampir 11.000 karyawan setelah dinyatakan pailit.
Di Garut, PT Danbi International merumahkan lebih dari 2.000 pekerja karena kesulitan finansial yang berujung pada kebangkrutan. Sektor elektronik juga terkena dampak cukup besar. PT Yamaha Music Indonesia menutup pabriknya di Bekasi dan Jakarta, serta merelokasi sebagian produksinya ke luar negeri, yang menyebabkan lebih dari 1.100 pekerja kehilangan pekerjaan.
PT Sanken Indonesia juga mengambil langkah serupa dengan menutup pabriknya dan mem-PHK sekitar 450 karyawan. Perusahaan di sektor furnitur, seperti PT Tokai Kagu Indonesia, juga tak luput dari tekanan.
Perusahaan ini terpaksa menghentikan operasional dan merumahkan hampir 200 pekerja. Di sektor manufaktur lainnya, PT Bapintri di Cimahi mem-PHK lebih dari 250 karyawan akibat penurunan permintaan dan kerugian yang terus berlanjut.
Sementara itu, industri sepatu seperti PT Aditec di Tangerang dilaporkan memecat lebih dari 500 pekerja. Perusahaan tekstil lainnya, PT Yihong Novatex Indonesia di Cirebon, mengalami konflik buruh yang berujung pada PHK massal terhadap lebih dari 1.100 pekerja.
Tak hanya sektor manufaktur, industri media juga terdampak. Beberapa stasiun televisi dan media penyiaran, seperti SEA Today dan ANTV, melakukan efisiensi besar-besaran yang mencakup PHK karyawan demi menyesuaikan struktur biaya operasional.
Gelombang PHK ini menimbulkan kekhawatiran yang besar di kalangan serikat pekerja. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyebutkan bahwa sebagian besar buruh yang di-PHK tidak hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga terancam tidak menerima hak-hak normatif seperti pesangon dan Tunjangan Hari Raya (THR).
Bahkan dilaporkan bahwa sekitar 90% buruh yang terkena PHK berada dalam situasi rawan tanpa jaminan kompensasi. Meski demikian, pemerintah menyampaikan di tengah tren PHK yang meningkat, industri manufaktur tetap menjadi sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Lebih dari satu juta tenaga kerja telah terserap di sektor ini sepanjang kuartal pertama 2025, meskipun kualitas dan stabilitas pekerjaan baru tersebut masih menjadi perhatian. Kondisi ini menunjukkan bahwa meski beberapa sektor mengalami tekanan besar, transformasi struktural di sektor industri dan pergeseran investasi masih menciptakan dinamika ketenagakerjaan yang kompleks di Indonesia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 02 Jun 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 03 Jun 2025