Minggu, 04 Desember 2022 08:22 WIB
Penulis:Herlina
Editor:Herlina
BANDUNG,LyfeBengkulu.com- Nasyiatul Aisyiyah, organisasi dakwah amar makruf nahi mungkar yang berdiri otonom Muhammadiyah, memiliki peran besar dalam menjaga keutuhan bangsa melalui pendidikan, perbaikan akhlak dan penanaman nilai-nilai keagamaan. Hal ini sebagaimana yang diwariskan oleh penggagas ide Nasyiatul Aisyiyah, Somodirdjo.
Ini disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat pembukaan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIV yang digelar 2-4 Desember di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah mengusung tema Memajukan Perempuan Menguatkan Peradaban.
"Sejatinya, ketiga elemen tersebut tidak hanya menjadi dasar untuk menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga dapat dijadikan dasar penguatan peradaban. Adapun pemrakarsanya, tidak hanya terbatas pada urusan gender," kata Menag Yaqut, Sabtu (03/12).
"Dengan kata lain, tidak hanya kaum laki-laki yang berkewajiban dan mampu merealisasikannya, kaum perempuan juga mampu berperan sesuai dengan kapasitasnya. Dengan tegas saya katakan, dikotomi seperti ini sudah tidak memiliki tempat di Indonesia," sambung Gus Men panggilan akrabnya.
Tampak hadir dalam pembukaan Muktamar XIV Nasyiatul Aisiyah, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah beserta jajaran, Forkopimda, Dirjen PHU, Kakanwil Kemenag Jabar dan Stafsus Menteri Agama.
Menurut Menag Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah dengan tema “Memajukan Perempuan Menguatkan Peradaban” masih sangat sejalan dengan spirit yang digagas oleh pendahulu Nasyiatul Aisyiyah.
Menag mengapreaisi peran Nasyiatul Aisyiyah dalam memajukan perempuan Indonesia. Perempuan, lanjut Menag, harus berjalan beriringan dengan perkembangan zaman, tidak berhenti dan merasa cukup dengan tugas-tugas yang diidentikkan dengan perempuan, sehingga output yang dihasilkan adalah penguatan peradaban.
"Berbicara tentang perempuan dan peradaban yang menjadi kata kunci dari muktamar ini, sama halnya berbicara tentang muatan negara," ujar Menag.
"Perempuan dan peradaban tidak dapat dipisahkan dari negara. Dengan kata lain, tidak ada negara tanpa peradaban, dan tidak ada peradaban tanpa adanya perempuan. Oleh karena itu, memajukan perempuan dari segala aspek sama halnya dengan menguatkan peradaban dalam wilayah tersebut, " tandasnya. .
Menag pun menambahkan pada dasarnya, menguatkan atau bahkan memajukan peradaban sebuah bangsa merupakan tanggung jawab sosial dari seluruh elemen, tanpa mengenal apakah dia seorang perempuan atau pun laki-laki.
Akan tetapi, untuk menguatkan peradaban diperlukan banyak aspek yang harus disentuh, mulai dari pendidikan, sosial, budaya, pemikiran dan agama. Tujuannya tidak lain untuk melahirkan insan-insan yang beradab.
Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa membangun bangsa melalui penguatan peradaban adalah tugas elit politik dan elit intelektual.
Padahal, sebagaimana disebutkan di muka bahwa permasalahan tersebut adalah tugas kita bersama, laki-laki ataupun perempuan.
"Saya yakin, dengan dinamika dan ketajaman dalam membaca permasalahan-permasalahan yang sedang melanda negeri ini, Nasyiatul Aisyiyah mampu merumuskan konsep yang tepat untuk memajukan perempuan dan menguatkan peradaban. Kuncinya, jangan sampai mengacuhkan spirit yang diwariskan, yaitu pendidikan, perbaikan akhlak dan penanaman nilai-nilai keagamaan, " tandas Menag.
Pembukaan Muktamar XIV Nasyiatul Aisyiyah ditutup dengan ceramah umum yang disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir dengan tema Kebangkitan dari Masa Pandemi dan Upaya Transformasi Kesejahteraan Perempuan dilanjutkan penyampaian ceramah umum oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dengan materi Peran Strategis Perempuan dalam Perdagangan Global. (**)
Bagikan