Sabtu, 24 Juni 2023 23:06 WIB
Penulis:Herlina
Editor:Herlina
BENGKULU, LyfeBengkulu.com- Surplus gabah, namun ternyata Bengkulu mengalami defisit beras yang menjadi salah satu pemicu inflasi daerah. Perlu dibentuk ekosistem atau skema closed loop untuk mengatasi kondisi yang ada.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional RI Arief Prasetyo Adi hadir pada High Level Meeting, Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Provinsi Bengkulu yang digelar Jumat (23/06) lalu.
“Harusnya beberapa daerah seperti lebong dan Bengkulu Selatan yang punya produksi padi cukup baik bisa sampai dengan hilirisasinya, jadi ekosistem itu akan dibangun,” ujarnya.
Arief mengatakan Bapanas akan menyiapkan dekon untuk provinsi Bengkulu, apa yang bisa dikerjakan untuk stabilisasi dan ketersediaan pangan di Bengkulu.
Pada kesempatan ini dirinya juga mengapresiasi provinsi Bengkulu yang telah 100% menyalurkan Bantuan Pangan dari pemerintah kepada masyarakat yang berhak.
“Catatan saya yang lebih hebat, Bengkulu adalah salah satu dari 3 provinsi yang bantuan pangan telah tersalurkan 100%. Dua provinsi lagi yaitu DKI Jakarta dan Jawa Tengah,” serunya.
Selain itu Arief juga mengapresiasi kerja sama antara pemerintah provinsi Bengkulu dengan Bulog dalam pengadaan beras lokal bagi ASN yang diharapkan mampu menekan laju inflasi daerah.
“ASN di sini sudah mau menggunakan beras Bulog ini juga luar biasa salah satu inovasi dari pak Gubernur,” tutup Arief.
Gubernur Rohidin mersyah sepakat upaya peningkatan sektor hilirisasi untuk meningkatkan nilai ekonomi dan peran masyarakat. Yaitu berupa dukungan kepada kelompok usaha tani untuk bisa memenuhi kebutuhan internal Bengkulu harus terus dilakukan.
“Kita mengefektifkan bagaimana menyalurkan KUR sesuai peruntukan sebagimana komitmen kita untuk lebih fokus pada sektor pertanian,” pungkas Rohidin. (bth/mc)
Bagikan