Miliki Tingkat Stres yang Tinggi, Ini Tantangan dalam Profesi Menjadi Pelaut

Redaksi Daerah - Jumat, 01 Maret 2024 13:30 WIB
Profesi Menjadi Pelaut Ternyata Memiliki Tingkat Stres Tinggi

JAKARTA - Survei terbaru dari Universitas Washington yang melibatkan lebih dari 1.500 pelaut AS telah menggambarkan tantangan yang signifikan dalam aspek kesehatan mental di kalangan komunitas maritim.

Seperti yang dilansir dari Popular Mechanics, Minggu 25 Februari 2024, hampir 25% pelaut melaporkan tingkat stres yang tinggi, sedangkan lebih dari 20% mungkin mengalami depresi berat, dan 23% menunjukkan indikasi gangguan kecemasan umum.

Dalam analisis mendalam, kurangnya aktivitas fisik, tidur yang memadai, dan interaksi sosial muncul sebagai faktor utama yang berkontribusi pada gangguan kesejahteraan emosional.

Meskipun berada di kapal yang sering kali penuh sesak dengan orang, faktanya banyak pelaut merasa kesepian, kondisi ini membentuk dinamika emosional yang kompleks dan menantang.

Faktor lain, seperti kebosanan, keterasingan, dan kurangnya privasi, juga diidentifikasi sebagai risiko yang signifikan bagi kesehatan mental para pelaut. Permasalahan ini menimbulkan tekanan tambahan dalam lingkungan kerja yang seringkali keras dan penuh tantangan.

Tantangan kesehatan mental juga memiliki perbedaan signifikan antara pelaut yang berlayar untuk bekerja dan mereka yang berlayar untuk kesenangan.

Penelitian ini mengungkap pelaut yang bekerja di laut banyak diantara mereka menghadapi perpisahan yang sulit dengan keluarga.

Dalam menghadapi kompleksitas dan seriusnya masalah kesehatan mental di kalangan pelaut, kesadaran akan perlunya dukungan dari masyarakat dan lembaga terkait menjadi krusial.

Perbaikan fasilitas rekreasi, pelaksanaan program kesehatan mental di kapal, dan penyediaan sumber daya dukungan yang mudah diakses dapat menjadi kunci utama dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan emosional para pelaut yang berjuang di laut.

Dengan demikian, pelaut dapat mengatasi tantangan mereka dengan dukungan yang memadai, menjadikan lingkungan kerja mereka lebih sehat secara emosional, dan memperkuat daya tahan mental di tengah dinamika kehidupan di laut.

Survei ini tidak hanya memberikan gambaran yang lebih dalam tentang kompleksitas tantangan kesehatan mental di laut, tetapi juga memberikan dasar yang kokoh untuk mengidentifikasi solusi yang dapat diimplementasikan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 25 Feb 2024

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 01 Mar 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS