5 Belanjaan Populer di Kalangan Kelas Menengah Demi Pamer Kekayaan

Redaksi Daerah - Senin, 18 Agustus 2025 12:25 WIB
5 Hal Favorit Kelas Menengah yang Terus Dibeli Demi Terlihat Kaya

JAKARTA– Kelas menengah kerap terperangkap dalam ajang unjuk diri yang mahal, lebih fokus pada tampilan luar ketimbang membangun nilai sesungguhnya.

Coba perhatikan, mereka yang gemar memamerkan logo desainer atau mobil mewah belum tentu benar-benar memiliki kekayaan berlimpah.
Justru, kelas menengah sering membeli barang untuk terlihat sukses, sementara orang kaya sejati biasanya tak terlalu ambil pusing dengan simbol status.

Ini bukan soal menghakimi, semua orang ingin merasa sukses dan menunjukkan pada dunia bahwa kita baik-baik saja. Tapi memahami perbedaan antara persepsi dan kenyataan ini bisa menyelamatkan kita dari beberapa kesalahan mahal.

Dilansir dari VegOut Magazine, dengan pemikiran ini, mari melihat hal-hal yang sering diboroskan oleh kelas menengah, padahal orang kaya sebenarnya tidak terlalu peduli.

Hal yang Sering Dibeli Kelas Menengah Biar Terlihat Kaya

Berikut hal yang sering dibeli oleh kelas menengah agar terlihat kaya:

1. Mobil Mewah

Jika berjalan di lingkungan kelas menengah, mudah untuk melihatnya, BMW, Audi, dan Mercedes mengkilap terparkir di rumah yang sebenarnya cukup sederhana. Mobil-mobil ini seringkali harganya melebihi gaji tahunan pemiliknya, namun dianggap sebagai simbol status yang penting.

Yang menarik, banyak orang kaya sejati sebenarnya tidak peduli untuk memamerkan mobil mereka. Menurut data Experian Automotive, sekitar tiga dari lima keluarga berpenghasilan tinggi (lebih dari US$250.000 atau Rp4,05 miliar per tahun) memilih merek mobil biasa seperti Honda, Toyota, atau Ford, bukan kendaraan mewah.

Penelitian Thomas C. Corley juga menunjukkan bahwa 55% jutawan membeli mobil bekas. Karena mereka memahami bahwa mobil hanyalah alat transportasi, bukan investasi. Orang kaya tahu status sebenarnya datang dari kekayaan bersih, bukan dari mobil yang terparkir di garasi.

2. Pakaian Desainer

Tidak ada yang lebih terlihat terlalu berusaha daripada kemeja penuh logo desainer atau tas dengan merek yang lebih besar dari tas itu sendiri.

Fenomena ini bisa ditemui di mana-mana, orang-orang berpakaian dari atas hingga bawah dengan merek terkenal, seolah menjadi iklan berjalan. Ironisnya, mereka membayar harga premium hanya untuk menjadi papan iklan berjalan.

Orang kaya sejati cenderung mengutamakan kualitas daripada kemewahan yang mencolok. Mereka berinvestasi pada pakaian yang tahan lama dan berkualitas, tapi tidak akan terlihat penuh merek seperti Gucci atau Louis Vuitton.

Menurut Yahoo Finance, saat ini pamer logo yang mencolok sering kali justru gagal, membuat merek terlihat tidak autentik dan kurang keren.

Orang kaya memahami sesuatu yang sering dilewatkan kelas menengah, kemewahan sejati itu bersifat sederhana. Semua tentang kualitas jahitan, kenyamanan, dan daya tahan, bukan soal memamerkan berapa banyak yang sudah dibelanjakan.

Saat seseorang benar-benar sukses, pakaian tidak perlu mengumumkannya. Kepercayaan diri dan pencapaian mereka berbicara lebih keras daripada logo apapun.

3. Rumah Besar

Bagi banyak orang, rumah bukan hanya tempat tinggal, tapi juga dianggap sebagai simbol status. Sayangnya, memiliki rumah besar dengan biaya perawatan tinggi tidak selalu menandakan kekayaan, justru sering menimbulkan tekanan finansial.

Menurut penelitian Thomas C. Corley, 64% miliarder memilih tinggal di rumah yang sederhana meski mampu membeli rumah mewah.

Bayangkan, orang yang mampu membeli mansion justru memilih tinggal di rumah biasa. Kenapa begitu? Karena mereka paham rumah seharusnya bukan menjadi beban terbesar.

Sementara keluarga kelas menengah seringkali “house-poor,” menghabiskan 30–40% penghasilan mereka untuk cicilan rumah/KPR, orang kaya justru menginvestasikan uang lebihnya pada aset yang menghasilkan pendapatan.

4. Jam Tangan Mahal

Jam tangan mewah dengan harga selangit sering dianggap menunjukkan status dan memiliki harga bergelimang. Psikologi di baliknya cukup jelas. Bagi banyak pembeli, jam tangan mewah memiliki fungsi utamanya sebagai sinyal kepada orang lain bahwa dirinya sudah sukses atau berhasil.

Jam tangan bisa menjadi pemicu percakapan dan cara halus menunjukkan status finansial saat bersalaman atau rapat.

Namun orang kaya sejati tidak membutuhkan validasi lewat jam tangan. Fokus mereka ada pada membangun bisnis, berinvestasi, dan menciptakan nilai, bukan untuk mengesankan orang lain lewat pergelangan tangan.

5. Penerbangan Kelas Satu dan Liburan Mewah dengan Kartu Kredit

Tidak ada yang lebih terlihat sudah sukses selain mengunggah foto di Instagram dari kelas bisnis atau liburan di temat mewah. Bagi kelas menengah, liburan mewah sering dijadikan cara untuk pamer, dan tak jarang dibiayai dengan kartu kredit atau utang ke bank.

Banyak orang merencanakan perjalanan mewah yang sebenarnya di luar kemampuan mereka, membenarkan pengeluaran itu dengan alasan membuat kenangan atau hidup cuma sekali. Padahal, mereka masih harus membayar bunga dari perjalanan itu selama berbulan-bulan.

Orang kaya bepergian dengan cara berbeda. Mereka menghargai pengalaman, tapi tidak berutang untuk menikmatinya. Mereka paham bahwa kemewahan sejati adalah kebebasan finansial, bukan upgrade sementara yang diikuti cicilan panjang.

Saat orang kaya benar-benar membelanjakan uang untuk liburan, itu berasal dari dana yang benar-benar mereka miliki. Mereka tidak mengorbankan masa depan finansial hanya demi seminggu berpura-pura hidup seperti jutawan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 17 Aug 2025

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 18 Agt 2025

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS