Karantina Pertanian Bengkulu Ajak Pengusaha Lokal Jadi Eksportir CPO

Herlina - Kamis, 11 Agustus 2022 20:57 WIB
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Bengkulu Bukhari saat memaparkan potensi ekspor CPO di Provinsi Bengkulu pada Gubernur Rohidin Mersyah. (foto : ist/lyfebengkulu.com)

BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Kepala Stasiun Karantina Pertanian Bengkulu Bukhari mengajak pengusaha lokal yang ada di daerah untuk menjadi eksportir Crude Palm Oil (CPO). Pasalnya hingga saat ini belum ada pengusaha yang menjajaki bisnis ini di daerah. Padahal potensi bisnis ini cukup strategis dan menguntungkan.

"Potensi ekspor CPO dari Bengkulu itu masih terbuka lebar, karena memang belum ada yang mengekspor komoditas ini di daerah," kata Bukhari, Kamis (11/08).

CPO, menurut Bukhari merupakan salah satu komoditas potensi ekspor di Bengkulu, disebabkan banyaknya lahan sawit produktif dan tingginya volume lalu lintas. Luasan lahannya saja, lanjut dia tersedia lebih dari 200 ribu hektare dengan hasil produksi hampir 1 juta ton.

"Kita juga ajak pengusaha lokal untuk bisa berdagang lintas negara tidak hanya lokal. Agar bisa dikirim luar negeri, untungnya cukup besar juga," ujarnya.

Ia mengatakan, menjadi eksportir CPO tidak ada ruginya. Berdasarkan kalkulasi Karantina Pertanian Bengkulu, eksportir membeli CPO sesuai harga tender di Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) dengan harga Rp 10.000 per kilogram. Artinya untuk membeli CPO kapasitas 1 ton, eksportir mengeluarkan biaya sebesar Rp 10 juta.

CPO yang telah dijual tadi misalnya ditawarkan di India dengan harga sekitar US$1.100 per ton atau Rp 16,5 juta (kurs US$1=Rp 15.000), harga tersebut telah termasuk biaya, asuransi dan pengangkutan untuk pengiriman. Artinya eksportir telah untung mencapai sekitar Rp 6,5 juta.

"Tidak ada ruginya ekspor, apalagi pengusaha tersebut telah memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri, maka untungnya jelas lebih besar lagi," tutur Bukhari.

Bukhari mengaku, meskipun menguntungkan, namun banyak PKS lebih memilih menjual CPO kepada eksportir diluar daerah. Hal tersebut dilakukan karena mereka rata-rata tidak ingin direpotkan dalam pengurusan ekspor CPO dan lainnya.

"Kalau kami melihat memang rata-rata itu memilih menjual kepada eksportir di luar daerah seperti di Pelabuhan Telur Bayur Sumatera Barat, itu lebih simple menurut mereka karena tidak perlu mengurus izin dan dokumen lainnya," tutupnya. (mb)

Editor: Herlina
Tags Eksportir CPOBagikan

RELATED NEWS