Kenikmatan Makanan Bakar yang Menyimpan Risiko Tersembunyi
JAKARTA - Makanan yang dimasak dengan metode pembakaran, seperti daging panggang atau sate, kerap menjadi favorit karena cita rasa khas dan aromanya yang menggoda. Namun, di balik kenikmatannya, terdapat potensi risiko kesehatan yang perlu diperhatikan karena terbentuknya zat karsinogenik selama proses memasak.
Saat daging, terutama yang kaya protein dan lemak, dipanaskan pada suhu tinggi dan bersentuhan langsung dengan api atau permukaan panas, senyawa berbahaya seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan amina heterosiklik (HCA) dapat muncul.
Zat-zat ini dikenal sebagai karsinogen yang dapat merusak struktur DNA dalam tubuh. Kerusakan DNA ini berpotensi memicu mutasi seluler yang pada akhirnya meningkatkan risiko berkembangnya kanker, terutama pada organ pencernaan seperti lambung dan usus.
Selain itu, penumpukan senyawa ini dalam tubuh dari konsumsi jangka panjang makanan yang dibakar secara berlebihan dapat memperburuk efeknya. Oleh karena itu, meskipun makanan yang dibakar memberikan cita rasa yang sulit ditandingi, penting untuk membatasi konsumsinya dan mengadopsi cara memasak yang lebih sehat untuk mengurangi risiko kesehatan.
- Kisah Inspiratif Rumah BUMN Binaan BRI di Kotamobagu Dorong UMKM Maju
- Tinggalkan IDLIX dan LK21! Ini 7 Platform Legal untuk Nonton Film Favorit
- 8 Drama Korea Terbaru yang Wajib Ditonton di Januari 2025
Bagaimana Zat Karsinogenik Terbentuk?
Ketika daging dibakar pada suhu tinggi, senyawa kimia seperti Heterocyclic Amines (HCA) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) terbentuk. HCA muncul ketika protein dan kreatin dalam daging bereaksi terhadap suhu tinggi, sementara PAH terbentuk dari lemak yang menetes ke bara api, menghasilkan asap yang mengendap pada permukaan makanan.
Kedua senyawa ini diketahui bersifat mutagenik, yang berarti mereka dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan memicu pertumbuhan sel kanker.
Paparan jangka panjang terhadap zat karsinogenik dalam makanan bakar dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker usus besar, lambung, dan pankreas. Selain itu, konsumsi makanan yang sering dibakar juga dapat memperburuk gangguan pencernaan seperti maag, karena makanan yang dibakar cenderung lebih sulit dicerna oleh tubuh.
- Daftar Barang Mewah Kena dan Tidak Kena PPN 12 Persen
- Apakah Token Listrik PLN Hangus Jika Tak Habis Dipakai di Masa Diskon? Ini Jawabannya!
- Akhir Perjuangan Panjang, MK Hapus Pasal Presidential Threshold di UU Pemilu
Cara Meminimalkan Risiko
Meskipun makanan bakar memiliki potensi bahaya, risiko ini dapat diminimalkan dengan langkah-langkah berikut,
Gunakan Bumbu Alami
Rendam daging dalam bumbu yang kaya akan rempah-rempah alami, seperti kunyit, bawang putih, atau jahe. Bumbu ini memiliki sifat antioksidan yang dapat mengurangi pembentukan HCA dan PAH selama pembakaran.
Masak dengan Suhu Rendah
Hindari membakar makanan pada suhu yang terlalu tinggi. Memasak dengan api kecil dan memastikan daging matang merata dapat mengurangi pembentukan senyawa karsinogenik.
Batasi Konsumsi Makanan Bakar
Konsumsi makanan bakar sebaiknya dilakukan sesekali saja, tidak menjadi kebiasaan harian. Variasikan cara memasak dengan metode lain yang lebih sehat seperti merebus atau mengukus.
Hindari Bagian yang Terbakar
Bagian daging yang gosong mengandung konsentrasi HCA dan PAH yang lebih tinggi. Pastikan untuk memotong dan membuang bagian ini sebelum mengonsumsinya.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya zat karsinogenik dari makanan yang dibakar, kita dapat tetap menikmati makanan favorit tanpa mengorbankan kesehatan. Melakukan langkah pencegahan sederhana dan mengadopsi pola makan yang seimbang akan membantu melindungi tubuh dari risiko penyakit yang serius.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 06 Jan 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 06 Jan 2025