Konsumsi Junk Food Dapat Berdampak Buruk Terhadap Memori Jangka Panjang pada Remaja

Redaksi Daerah - Senin, 22 April 2024 10:14 WIB
Waspada! Sering Makan Junk Food Saat Remaja Ternyata Berdampak Negatif pada Memori Jangka Panjang (Pexels.com/Robin Stickel)

JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri, bahwa banyak orang menyukai mengonsumsi junk food. Teksturnya yang renyah lengkap dengan cita rasa gurih membuat kita sulit untuk berhenti mengonsumsinya. Namun, Anda harus mengetahui bahwa junk food memiliki dampak negatif terhadap tubuh.

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh USC menyoroti kemungkinan dampak negatif diet junk food pada memori remaja.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity edisi Mei ini mengungkapkan bahwa tikus yang diberi makan makanan tinggi lemak dan gula menunjukkan gangguan memori yang berkelanjutan, menggambarkan potensi risiko serupa bagi remaja yang mengonsumsi diet serupa.

Scott Kanoski, seorang profesor ilmu biologi di USC Dornsife College of Letters, Arts, and Sciences, mengemukakan, "Tikus-tikus yang tumbuh dengan diet junk food menunjukkan gangguan memori yang tidak hilang meskipun beralih ke diet sehat pada masa dewasa."

Hal ini menunjukkan bahwa diet tidak sehat pada masa remaja dapat memiliki dampak jangka panjang pada kemampuan kognitif.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan sebelumnya yang menghubungkan diet buruk dengan penyakit Alzheimer.

Penyakit ini sering dikaitkan dengan penurunan kadar asetilkolin, neurotransmiter yang penting untuk fungsi kognitif seperti belajar, perhatian, dan memori.

Peneliti ingin mengeksplorasi kemungkinan dampak serupa pada remaja yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula, terutama karena otak mereka sedang mengalami perkembangan yang signifikan.

Mereka melacak kadar asetilkolin pada tikus yang diberi makan diet tinggi lemak dan gula, serta pada kelompok kontrol, sambil menjalani tes memori yang dirancang untuk menguji kemampuan kognitif mereka.

Hasilnya menunjukkan bahwa tikus yang mengonsumsi junk food menunjukkan gangguan dalam kemampuan mengingat objek dan lokasi secara konsisten.

Anna Hayes, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa sinyal asetilkolin berperan penting dalam membantu kodifikasi dan penyimpanan memori. Namun, pada tikus yang tumbuh dengan diet junk food, tampaknya sinyal tersebut terganggu, mengarah pada gangguan memori yang diamati.

Kanoski menekankan bahwa masa remaja adalah periode kritis dalam perkembangan otak di mana perubahan signifikan terjadi.

Dengan demikian, dampak diet yang buruk pada masa ini mungkin sulit untuk dibalikkan di kemudian hari.

Meskipun peneliti menemukan bahwa pengobatan langsung ke hippocampus, bagian otak yang terganggu pada penyakit Alzheimer, dapat mengembalikan kemampuan memori tikus, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan cara-cara mengatasi gangguan memori yang disebabkan oleh diet tidak sehat pada masa remaja.

Studi ini melibatkan berbagai peneliti dari USC Dornsife College of Letters, Arts, and Sciences, serta Keck School of Medicine of USC, serta University of North Carolina-Charlotte.

Temuan ini menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak diet pada kesehatan kognitif, terutama pada masa pembentukan otak selama masa remaja.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 21 Apr 2024

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 22 Apr 2024

Editor: Redaksi Daerah

RELATED NEWS