Mirae Asset Pertahankan Estimasi Pendapatan dan Laba INTP

Herlina - Jumat, 17 Desember 2021 07:42 WIB
Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah menaikkan harga jual untuk bag product pada kuartal keempat 2021. (foto : ist/lyfebengkulu.com)

JAKARTA,lyfebengkulu.com – Kenaikan harga energi yang signifikan tahun ini dipercaya membuat produsen semen untuk secara bertahap melanjutkan kenaikan biaya produksi (cost input) kepada konsumen, guna mengurangi potensi tekanan profit margin.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Mimi Halimin mencatat, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah menaikkan harga jual untuk bag product pada kuartal keempat 2021.

Kendati begitu, penjualan semen domestik INTP selama Oktober 2021 turun 0,8% year-on-year (yoy) menjadi 1,6 juta ton, jauh di bawah pertumbuhan konsumsi semen domestik industri yang naik sekitar 5,5% yoy.

“Namun, volume penjualan semen domestik INTP di November 2021 tumbuh positif sebesar 2,8 persen yoy berbanding pertumbuhan volume domestik industri sebesar negatif 2,1 persen,” ujarnya melalui riset yang diterima Kamis, 16 Desember 2021.

Mimi menilai, INTP cukup dilematis untuk memilih antara volume dan profitabilitas karena permintaan semen masih relatif lemah. Akan tetapi dirinya percaya permintaan semen akan lebih baik di tahun depan, seiring dengan pemulihan aktivitas ekonomi secara bertahap,

“Jadi, jika permintaan meningkat, kami percaya pertumbuhan volume penjualan semen domestik INTP bisa lebih baik dari sekarang karena menurut kami pasar mungkin lebih bisa menerima adanya kenaikan harga,” tutur dia.

Dengan begitu, ia berpendapat bahwa kenaikan biaya energi tidak hanya berdampak ke INTP, melainkan ke seluruh produsen semen. Sehingga, bagi dia ‘pemain’ lain akan mengikuti untuk menaikkan harga jual mereka.

Berdasarkan analisis tersebut, Mirae mempertahankan estimasi pendapatan dan laba bersih INTP. Pihaknya berharap tahun 2022 akan menjadi tahun yang lebih baik bagi industri semen, didukung oleh re-opening ekonomi secara bertahap, yang berpotensi membuat proyek properti dan infrastruktur jadi lebih baik.

“Kami mempertahankan rekomendasi trading buy kami di INTP dengan target harga DCF sebesar Rp14.100,” pungkasnya. (**)

Editor: Herlina

RELATED NEWS