Potensi Sumber Daya Pangan, Pemprov Bengkulu Ajak Petani Budidaya Sorgum

Herlina - Senin, 12 September 2022 10:46 WIB
Ilustrasi freepik.com

BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu meminta petani di daerah untuk mengembangkan tanaman sorgum sebagai alternatif panganan pokok di daerah.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mengatakan, tanaman sorgum bisa menjadi komoditas strategis serta sebagai alternatif pangan pokok menyikapi defisit beras di daerah.

Sebab, sorgum merupakan komoditas penting yang bisa digunakan sebagai bahan makanan pengganti gandum.

"Petani di Bengkulu belum ada yang memanfaatkan tanaman ini. Padahal sorgum bisa menjadi pengganti panganan pokok sehingga tidak perlu lagi impor beras atau gandum," kata Ricky.

Ricky mengungkap, menanam sorgum bisa memberikan keuntungan besar bagi petani. Sebab jika menanam dalam satu hektare saja bisa menghasilkan 8 hingga 9 ton.

Sementara harganya, per September 2022 mencapai Rp3.500/kg. Artinya dalam sekali panen, petani bisa mengantongi duit Rp28 hingga Rp31,5 juta.

"Harga segitu belum diolah jadi biji kering. Kalau diolah lagi, harganya bisa mencapai Rp15 ribu/kg. Tapi memang, harga sorgum tergantung jenis varietasnya," tutur Ricky.

Melihat potensi yang cukup baik ini, Ricky berharap para petani di Bengkulu bisa membudidayakan tanaman tersebut. Sebab bagaimanapun, sorgum adalah tanaman asli Indonesia yang mudah ditanam di lahan kering sekalipun.

Di samping pangan, sorgum juga menyimpan aneka manfaat lain seperti sebagai pakan ternak, energi, serat, pupuk, obat-obatan, dan sesuatu yang menyenangkan.

"Sorgum merupakan tanaman asli Indonesia yang tidak membutuhkan banyak air, penumpukan lebih sedikit dan batang serta daunnya juga bisa dimanfaatkan untuk gula serta pakan ternak. Maka itu mari kita budidayakan kembali tanaman ini," ujar Ricky.

Belum lagi lanjutnya, saat ini permintaan sorgum di dalam negeri cukup tinggi mengingat harga gandum terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan akibat konflik Rusia-Ukraina.

"Pokoknya budidaya tanaman ini tidak ada ruginya. Apalagi saat ini permintaanya di Indonesia cukup tinggi akibat naiknya harga gandum di pasar Internasional," tukasnya. (mb)

RELATED NEWS