Tips Sehat Makan Gorengan saat Berbuka
BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Tak dipungkiri gorengan selalu menjadi menu andalan berbuka puasa. Karena rasanya yang renyah, gurih dan pembuatannya yang mudah. Senada dengan hal itu, Ahli Gizi Universitas Airlangga (Unair) Lailatul Muniroh mengingatkan cara mengkonsumsi gorengan yang aman dan sehat. Menurutnya mengonsumsi gorengan perlu diperhatikan rentang waktu dan jumlahnya.
Lantaran hal yang dibutuhkan tubuh saat berbuka puasa adalah minuman untuk menghidrasi dan karbohidrat sederhana untuk meningkatkan kadar glukosa tubuh. “Gorengan dapat dikonsumsi setelahnya, dalam jumlah tidak berlebihan, cukup satu sampai dua saja dan itupun tidak setiap hari,” tuturnya.
Lebih lanjut, Laila menyarankan ada baiknya mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat tinggi. Agar dapat menghambat penyerapan lemak. Apalagi pada gorengan yang bertepung, sambungnya, karena tepung bersifat menyerap minyak. Artinya cenderung mengandung banyak lemak. Di samping itu kebutuhan lemak pada tubuh lebih banyak dibandingkan protein.
“Sekitar 20-30% dari total kalori kebutuhan kita berasal dari lemak,” ungkapnya.
- Harus Ada Hukuman Untuk Antisipasi Pedagang Eceran Rokok
- 3 Saksi Kasus Dugaan Korupsi LPEI Tahun 2013-2019 Kembali Diperiksa Kejagung
- Kejagung Periksa 4 Pejabat Kemendag Soal Ekspor Crude Palm Oil (CPO)
Namun, yang dibutuhkan oleh tubuh adalah lemak yang baik. Misalnya yang berasal dari omega 3 dan omega 6. Laila pun menyebut beberapa contoh makanan yang mengandung lemak baik.
“Seperti halnya ikan salmon, tuna, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, telur, keju, dan yoghurt. Selama dikonsumsi sesuai kebutuhan, maka akan berdampak baik untuk kesehatan,” imbuhnya.
Selanjutnya, dosen yang hobi kuliner itu juga menegaskan jika terlalu sering mengkonsumsi gorengan dapat membahayakan kesehatan. Terlebih jika kualitas minyaknya sudah terpakai berulang kali sehingga warnanya coklat kehitaman.
Pada prosesnya pemakaian minyak yang berulang atau minyak jelantah. Lemaknya akan berubah menjadi lemak trans dari lemak jenuh. Proses tersebut mengubah struktur kimia lemak, sehingga lebih sulit dicerna.
“Minyak juga mengalami oksidasi dan membentuk radikal bebas yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus tipe 2, serta obesitas,” paparnya.
Selanjutnya, Kepala Program Studi Gizi Unair itu juga menyarankan untuk makanan yang digoreng sebaiknya tidak terlalu sering dan dibatasi porsinya.
“Minyak yang digunakan sebaiknya minyak yang baru, setidaknya baru digunakan satu kali untuk menggoreng,” ujarnya. (**)