Hulu Migas Eropa untuk Berjuang saat Krisis Energi, Berikut Strateginya

Selasa, 16 Agustus 2022 13:15 WIB

Penulis:Herlina

Editor:Herlina

Screenshot 2022-08-16 131445.jpg
Ilustrasi (freepik.com)

JAKARTA,LyfeBengkulu.com - Harga minyak, gas dan batu bara yang melambung tinggi membuat negara-negara di Eropa mengalami krisis energi. Hal ini pun telah berlangsung hingga 6 bulan sejalan dengan berlangsungnya perang Rusia-Ukraina.

Usaha pun terus dilakukan oleh banyak negara untuk menyelamatkan rakyatnya dari ancaman ketidaktersedian energi, utamanya untuk memenuhi kelistrikan dan pemanas. Mulai dari menghidupkan kembali pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil hingga menaikkan subsidi agar kebutuhan energinya bisa terpenuhi.

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (SDM) Arcandra Tahar mempertanyakan akan strategi berbagai negara untuk mengatasi krisis energi tersebut merupakan langkah keterpaksaaan atau langkah realisis. Hal ini karena strategi-strategi tersebut sesuai atau tidak dalam mencapai target net-zero emission.

"Tidak mudah untuk mencari solusi terbaik kalau kita tidak realistis menapak masa depan," ujar Arcandra mengutip akun instagram resminya @arcandra.tahar, Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2022.

Oleh sebab itu, perlu dilihat 5 strategi yang sedang dan telah dijalankan oleh negara-negara Eropa yang memenuhi kebutuhannya dari sisi hulu migas. Berikut beberapa inisiatif yang dilakukan negara-negara Eropa untuk hadapi krisis energi:

1. Mengaktifkan penawaran blok-blok migas baru kepada investor

Arcandra Tahar mencontohkan, Negara Norwegia menawarkan tambahan 28 blok migas baru dari 70 blok yang pernah ditawarkan sebelumnya. Kebanyakan blok ini berada di Barrent Sea, dimana secara geologi merupakan basin yang sudah sangat dimengerti dan punya infrastruktur yang sudah terbangun dengan baik. 

Norwegia berharap akan banyak investor yang tertarik untuk mengambil blok-blok tersebut.

2. Mempercepat Final Investment Decision (FID) 

Prosedur untuk mendapatkan izin-izin dipermudah dan lapangan-lapangan marginal (kecil dan kurang ekonomis) diberikan insentif pajak dan fiskal agar bisa dikembangkan. Di UK misalnya lapangan Cambo, Marigold, Murlach, Rosebank dan Glendronach akan FID segera.

Beberapa lapangan di Belanda juga akan FID segera seperti lapangan N05-A yang berbatasan dengan Jerman. Hal ini tentu akan menambah produksi minyak dan gas di Eropa.

3. Menyetujui blok-blok yang dulu ditolak izinnya dengan alasan lingkungan

Ini terjadi untuk lapangan Shell Jackdaw di UK yang sebelumnya ditolak oleh regulator karena emisi gas CO2 yang tinggi dan infrastruktur bawah laut yang dianggap mengganggu lingkungan. Walaupun cadangan migasnya  tidak terlalu besar, regulator di UK menyetujui pengembangan lapangan ini karena dibutuhkan.

4. Berganti operator (investor) supaya lebih agresif 

Eks Wamen ESDM ini mengatakan, banyak perusahaan migas dunia yang tidak lagi leluasa mengembangkan bisnis migas karena tekanan shareholder agar fokus ke renewable energy atau dekarbonisasi.

Dengan krisis energi yang sedang melanda, usaha-usaha untuk mempercepat pengembangan lapangan migas menjadi sebuah keharusan. Suncor Energy di Norwegia menjual bisnis migas mereka ke Sval Energy.

ExxonMobil menjual 50% sharenya di lapangan gas Neptun Deep ke Romgaz yang merupakan BUMN gas Rumania. Tentu banyak lagi contoh yang lain yang sedang terjadi di Eropa.

5. Mempercepat pengalihan aset swasta ke BUMN di negara tersebut

Strategi ini ditempuh karena dukungan pemerintah dan kontrol penuh negara terhadap BUMN  diharapkan mampu lebih memperkuat ketahanan energi di negara tersebut. Hal ini terjadi di Polandia misalnya, dimana akuisisi PKN Orlen terhadap Grupa LOTOS. 

Oleh sebab itu, Arcandra mengatakan, dengan lima strategi yang sedang berjalan di industri migas Eropa, tentu banyak pelajaran yang perlu diambil.

"Kita sepakat bahwa ke depan bumi harus dibuat lebih bersih dan menyehatkan, namun krisis energi yang sedang terjadi saat ini harus menjadi pelajaran dan perlu dicarikan jalan keluarnya," ujarnya. (**)