Kinerja Solid APBN Kuartal I, Menjaga Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi

Senin, 17 April 2023 23:34 WIB

Penulis:Herlina

Editor:Herlina

Screenshot 2023-04-17 203020.jpeg
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (foto : istimewa)

JAKARTA, LyfeBengkulu.com- PMI Manufaktur Global kembali kontraksi pada akhir Triwulan I 2023. Sekitar 60% negara G-20 dan ASEAN-6 masih mengalami kontraksi, sementara 27,3% negara lainnya berada di zona ekspansi namun melambat, dan hanya 13,6% negara yang PMI Manufakturnya terus mempercepat di zona ekspansif termasuk Indonesia, India, dan Turki.

Harga komoditas global sedang termoderasi, dengan harga gas alam dan batu bara menurun dan harga minyak mentah naik karena kebijakan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC. Inflasi di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat masih tinggi, dan negara-negara meresponsnya dengan menaikkan suku bunga acuan.

IMF menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global tahun ini pada World Economic Outlook April 2023, yaitu sebesar 2,8% (yoy), tetapi diperkirakan akan membaik pada tahun 2024 sebesar 3,0% (yoy). Risiko global lainnya termasuk tekanan di sektor keuangan, krisis utang, eskalasi perang di Ukraina, dan fragmentasi geoekonomi. 

Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers APBN Kita Edisi Bulan April 2023 secara daring, Senin (17/04/2023).

“Indonesia dalam konteks bahwa pertumbuhan ekonomi-nya, momentum masih terjaga, semua indikator menunjukkan tren yang membaik, dan ini juga dipengaruhi oleh kinerja APBN. Dan APBN juga tetap kita jaga untuk tetap memiliki kinerja dan juga posisi yang baik, itu adalah sesuatu yang harus kita jaga dan kita syukuri,” ungkapnya.

Meski outlook global melambat, Indonesia diperkirakan termasuk salah satu negara yang masih mampu tumbuh kuat di tahun 2023. IMF memproyeksikan Indonesia tumbuh di angka 5,0% (yoy) pada tahun 2023. Prospek perekonomian domestik baik dari sisi produksi maupun konsumsi masih cukup kuat didukung kinerja APBN yang terjaga hingga Kuartal I 2023. Meski demikian, kewaspadaan dan mitigasi tetap dilakukan mengantisipasi ketidakpastian di sepanjang tahun 2023. Demikian disampaikan dalam publikasi APBN KiTa edisi April 2023.

Prospek ekonomi domestik yang masih kuat ditunjukkan oleh PMI Manufaktur Indonesia yang berada pada level ekspansif 19 bulan berturut-turut (Maret mencapai 51,9). Sejak awal 2023, PMI Manufaktur Indonesia meneruskan penguatan, antara lain didukung ekspektasi permintaan menjelang lebaran. Selain itu, penguatan dari sisi produksi juga ditunjukkan oleh pertumbuhan konsumsi listrik. Listrik untuk bisnis konsisten tumbuh tinggi, per Maret 12,4% (yoy), dan listrik industri turn around ke arah positif. 

“Kalau dunia tadi masih mengalami banyak tantangan, Alhamdulillah perekonomian Indonesia dalam posisi yang relatif sangat baik. Dari sisi PMI yang telah saya sebut, Indonesia pada level 51,9 itu berarti ekspansif dan akseleratif atau menguat. Ini hal yang sangat positif. Konsumsi dari listrik juga mengonfirmasi hal ini. Konsumsi listrik untuk bisnis masih level-nya adalah stabil tinggi di pertumbuhan 12,4, Sedangkan untuk industri dalam hal ini meskipun mengalami kontraksi, namun dalam posisi yang relatif stabil. Kita berharap akan mengalami perbaikan,” jelasnya.(**)