Potensi Rupiah dari Limbah Lidi Sawit

Kamis, 25 Agustus 2022 09:23 WIB

Penulis:Herlina

Editor:Herlina

WhatsApp Image 2022-08-25 at 9.10.30 AM.jpeg
Ada 48 jenis produk turunan kelapa sawit yang dapat dikelola menjadi bahan dasar produk lainnya.

BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Siapa sangka limbah pohon sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi ketika dikelola menjadi produk kerajinan. Lidi kelapa sawit menjadi salah satu bahan yang saat ini belum begitu banyak dilirik pelaku usaha. Namun di Provinsi Bengkulu, lidi kelapa sawit bermanfaat bagi sejumlah kelompok pengrajin di wilayah Kabupaten Mukomuko dan Seluma.

Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Bengkulu Marwan Ramis mengatakan terdapat 48 jenis produk turunan kelapa sawit yang dapat dikelola menjadi bahan dasar produk lainnya. Dari puluhan tersebut, hanya segelintir saja yang diketahui banyak orang dalam pengelolaannya.

"Industri baru bersumber dari pelepah dan lidi sawit ini, perlu dikembangkan karena bernilai komersial sementara selama ini bahan-bahan tersebut dbuang begitu saja," kata Marwan, Kamis (25/08).

Di Bengkulu, lidi kelapa sawit ini dikelola menjadi bahan dasar kerajinan seperti aneka bentuk suvenir, seperti piring tempat buah, parcel, mangkok nasi, tusuk gigi, bahkan lampu-lampu hias yang sangat unik, sehingga tidak hanya monoton dijadikan sebagai bahan sapu lidi saja.

"Banyak dari kita yang menyepelekan lidi kelapa sawit, padahal jika kita kaji, ada banyak manfaat dari bahan baku lidi kepala sawit, yang nantinya dapat menambah pendapatan masyarakat dan tentu ini dapat mendorong perekonomian," kata Marwan.

Kelompok ibu-ibu tengah menganyam lidi sawit untuk dibuat menjadi peralatan rumah tangga. 

Meski dapat diolah menjadi beragam produk kerajinan, lanjut Marwan, tentunya hal ini perlu dibarengi dengan pemasaran yang optimal, dan perlu dukungan dari pemerintah daerah, karena pada umumnya pengerajin limbah lidi kelapa sawit ini banyak yang berdomisili di kawasan perkebunan dan pedaleman atau pedesaan.

"Di Bengkulu rata-rata pengerajinnya berada di area perkebunan seperti adanya di Kelurahan Sukaraja Kabupaten Seluma," kata Marwan.

Marwan menyebut dengan jumlah 426 ribu hektare lahan sawit di Provinsi Bengkulu saat ini berada pada masa produktif dengan rata-rata usia 20 sampai 25 tahun. Dengan usia tersebut, lidi kelapa sawit sudah dapat dimanfaatkan.

"Lidi kelapa sawit bisa dikelola dan dikembangkan menjadi bahan kerajinan yang mempunyai nilai ekspor. Di usia 8 tahun saja, lidi kelapa sawit ini sudah bisa dijadikan berbagai macam bahan baku kerajinan," ujarnya.

Lanjutnya lagi, untuk harga lidi sawit di tingkat pengerajin dapat dijual antara Rp 2.000 – 4000/kg dan ketika dieskpor bernilai Rp6000/kg. Namun harga ini bisa berubah tergantung cuaca dan permintaan eksportir.

Untuk membuat limbah lidi sawit ini menjadi sebuah kerajinan tangan yang menarik, dibutuhkan ketekunan dan sentuhan kreativitas serta kesabaran.

"Tidak mudah untuk setiap orang melakukannya apalagi orang awam seperti kita yang tidak menekuni dan tidak terbiasa," kata Marwan.

Dengan kerajinan tangan yang mampu menarik konsumen ini, akan sangat menambah pendapatan rumah tangga, dan jika banyak permintaan tentu membutuhkan karyawan dan pada akhirnya usaha ini akan mampu menyerap tenaga kerja.

Tak hanya itu, Marwan juga mengaku ada banyak negara yang melirik potensi lidi kelapa sawit untuk diimpor ke negaranya.

"Untuk pangsa ekspor bahan dasarnya saja, lidi kelapa sawit dapat dipasok ke beberapa negara seperti India, Pakistan, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, China dan Turkey.

Terkait lidi sawit yang bisa dieksport, Marwan menjelaskan tentunya harus berkualitas baik mulai dari kualitas biasa (reguler) maupun kualitas super. Agar bisa dieksport, lidi sawit memiliki kriteria seperti panjangnya minimal 90 cm dan tidak berjamur.

"Lidi sawit yang dieksport itu minimal panjangnya 90 cm, berwarna hijau atau coklat. Ini masuk kategori reguler," jelasnya.

Sementara lidi sawit yang berkualitas super itu panjangnya mencapai 100 cm  dan warnanya hijau kekuning-kuningan. Lalu lidi kelapa sawit super panjangnya harus 100 cm dan memiliki tingkat kekeringan 30 persen dan tidak berjamur. 

Ditambahkanya, selain panjang lidi, harga juga dipengaruhi oleh tingkat kekeringan lidi. Lidi sawit yang basah akan lebih murah dibeli oleh agen lapangan atau pengumpul.

"Tingkat kekeringan lidi mempengaruhi harga jual dari petani ke agen lapangan dan koperasi sebagai pengumpul," tutupnya. (mb)