Revolusi Sampah Dimulai dari Sekolah: Anak Muda Jawa Barat Ubah Krisis Jadi Aksi

Selasa, 01 Juli 2025 10:02 WIB

Penulis:Herlina

unnamed (1).jpg
Kelompok Duta Lingkungan di SMAN 2 Sukabumi saat mempraktikkan proses pemilahan sampah. (Photo by: Feri Latief for British Council)

SUKABUMI, LyfeBengkulu.com- Seperti banyak kawasan urban lainnya di Indonesia, Kota Sukabumi menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi di tahun 2024, produksi sampah mencapai 184,41 ton per hari dengan perbandingan sampah organik dan anorganik yang mencapai 6:4. Keterbatasan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) memperburuk kondisi timbunan sampah. Dengan hanya satu TPA aktif, yaitu TPA Cikundul, yang sudah melebihi kapasitas, Sukabumi terancam mengalami overload sampah dalam lima tahun ke depan—jika tidak ada perubahan sistem pengelolaan sampah.

Melihat hal ini, SMAN 2 Sukabumi berupaya melakukan pengelolaan yang lebih baik pada skala lebih kecil dengan menerapkan pemilahan sampah, sekaligus melatih anak didik untuk terbiasa dengan proses ini, agar bisa mereka terapkan di sepanjang kehidupan. Sayangnya, proses dan dampak dari inisiatif yang sempat dijalankan, ternyata belum sepenuhnya sesuai harapan. 

Rachmat Mulyana, S.Pd., M.Hum Kepala Sekolah SMAN 2 Sukabumi membenarkan hal tersebut, “Kami sudah mencoba menerapkan sistem pemilahan sampah di lingkungan sekolah sebagai upaya peningkatan kesadaran pentingnya pengelolaan sampah. Upaya ini digerakkan siswa sendiri dan masih dalam tahap awal. Sehingga dibutuhkan cara untuk mengembangkan upaya pengelolaan sampahnya bisa berjalan efektif dan berkelanjutan,”ungkap Rachmat.

Di tengah upaya mencari solusi ini, hadirlah, Ruswanto bersama  Sahabat Lingkungan (Saling.id) ingin mencari jalan keluar dari isu yang sama. Tingginya jumlah sampah plastik yang berakhir menggunung di TPA menjadi perhatian Saling.id. Perlu ada pemikiran khusus mengatasi timbunan sampah yang semakin melimpah dari tahun ke tahun dengan cara mudah dan menarik bagi masyarakat sehingga mereka bersedia melakukannya bersama, serta kesuksesannya mudah direplikasi. Ruswanto dan timnya membuat terobosan yang diberi nama Your Waste Solution, sebuah sistem pengelolaan sampah dengan Reverse Vending Machine atau RVM. 

“Tingginya angka sampah plastik di Sukabumi mendorong kami ingin mengubah cara pengelolaannya. Pemilahan saja tidak cukup, karena tetap sebagian besar sampah plastik akan berakhir di TPA. Melalui bantuan teknologi dan sistem insentif, kami bertekad menciptakan kebiasaan baru masyarakat yang lebih ramah lingkungan,” ujar Ruswanto, pendiri Sahabat Lingkungan (Saling.id), ketika ditemui di workshop-nya.

Mesin RVM yang pertama akan diletakkan di SMAN 2 Sukabumi untuk mendukung upaya daur ulang sampah dan memastikan penggunaan RVM bisa optimal. “Sesuai dengan namanya, cara kerja RVM seperti terbalik dari mesin penjual otomatis (vending machine) komersial umumnya. Jika vending machine dioperasikan dengan memasukan uang, reverse vending machine dioperasikan dengan memasukkan sampah kemasan plastik, dan pengoperasi akan mendapat imbalan uang dalam bentuk uang digital. Sistem insentif ini diharapkan dapat mendorong siswa dan guru untuk mendaur ulang sampah plastiknya dengan lebih konsisten,” papar Ruswanto.

Sampah yang terkumpul melalui RVM akan dicacah dan kemudian diolah menjadi bahan untuk menghasilkan produk baru. Melalui cara seperti ini, akan tercipta sistem ekonomi sirkular yang mengedepankan keberlanjutan. Ruswanto menunjukkan bagaimana setiap kilogram plastik yang terkumpul akan didaur ulang menjadi hiasan ruangan yang dapat dijual kembali. Kegiatan ini juga membuka peluang ekonomi bagi warga sekitar dan mendukung kewirausahaan di daerah sekitar. Pendekatan keberlanjutan lingkungan melalui ekonomi sirkular mendorong masyarakat untuk memandang sampah bukan sebagai akhir dari siklus konsumsi, melainkan awal dari terciptanya produk baru yang dapat dimanfaatkan ulang. 

Pelaksanaan program Your Waste Solution merupakan salah satu dari tiga proyek iklim atau Climate Action Project, yang menjadi bagian dari program global Climate Skills Program oleh HSBC dan British Council dengan berkolaborasi bersama generasi muda dan sejumlah komunitas lokal di Jawa Barat. Program tersebut berfokus membekali anak muda dengan keterampilan dan pengetahuan mengatasi tantangan iklim dengan pendekatan lokal yang inovatif. Selain di Sukabumi, dua program lainnya dilakukan di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur dengan inovasi ide untuk permasalahan lingkungan yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi lingkungan di daerahnya masing-masing.

Country Director  British Council untuk Indonesia dan Asia Tenggara, Summer Xia, menekankan pentingnya aksi nyata dalam menghadapi krisis iklim yang mengancam keberlanjutan lingkungan. Menurutnya, generasi muda bisa menjadi motor penggerak perubahan. “Krisis iklim membutuhkan lebih dari kesadaran, diperlukan keberanian dan tindakan nyata. British Council, didukung HSBC, percaya bahwa bersama generasi muda, keberlanjutan bisa diwujudkan lewat langkah konkret, bukan sekadar jargon. Program Your Waste Solution adalah salah satu contohnya,” ujar Summer Xia.