Apa Kabar Investasi Tanah dan Promosi di Metaverse

Herlina - Kamis, 17 November 2022 08:13 WIB
ilustrasi (freepik.com)

JAKARTA,LyfeBengkulu.com- Kemunculan Metaverse yang dicanangkan Mark Zuckerberg dalam jagat daring memberi nafas baru bagi kegiatan teknologi. Menawarkan kehidupan kedua yang cenderung baru bagi masyarakat, Metaverse diproyeksikan dapat diterima oleh masyarakat masa depan.

Sayangnya, ekspektasi tak sesuai dengan realita. Meski telah menghabiskan triliunan dolar untuk membangun iklim Metaverse, nyatanya peminat teknologi ini masih sangat sedikit.

Sempat menjadi pembicaran dan tren saat itu, sejumlah masyarakat dan perusahaan berbondong-bondong mempertaruhkan uang mereka untuk diinvestasikan di dunia Metaverse.

Mengutip BBC Internasional Senin (14/11) melaporkan setidaknya US$2 miliar atau kisaran Rp31 triliun (Rp15.500 per dolar AS) telah digelontorkan untuk membeli tanah di Metaverse.

Berdasarkan ekspektasi, Metaverse bisa menjadi lahan promosi lantaran membentuk komunitas dan ruang online imersif dimana semua orang dapat hidup, bekerja, dan bermain dalam realitas virtual.

Seperti diketahui, lahan dan segala pernak pernik dalam metaverse dibeli menggunakan berbagai macam mata uang kripto. Entah itu Bitcoin, Etherum, dan lain sebagainya. Namun anjlioknya nilai kripto saat ini tentunya menyebabkan harga tanah dan pernak pernih pada Metaverse ikut turun.

Mengutip DappRadar, turunnya mata uang kripto baru baru ini membawa properti dan pernak pernik yang ada di Metaverse berada dalam level terendah dalam satu tahun terakhir.

Masyarakat, Merek dan Metaverse

Seniman dan pemusik asal Amerika, Anggie Taylor menjadi salah satu tokoh yang mempertaruhkan uangnya pada metaverse. Di tanah yang dibelinya, Ia membangun dunia Voxel.

Pada Voxel yang dimiliki, Angie membangun dua galeri yang penuh dengan karya seni digital yang aneh dan indah, yang dijual dalam cryptocurrency, di tanahnya di dunia Voxels.

"Saya membeli parsel metaverse pertama saya pada Juli 2020 dan membayar sekitar 1.500 poundsterling (kisaran Rp7,4 juta dalam asumsi Rp18.300 per poundterling). Saya membelinya untuk memamerkan karya saya sendiri, tetapi juga untuk menjalankan acara metaverse yang akan mempromosikan seni saya dan juga karya seni orang lain," katanya.

Hal serupa juga dilakukan oleh pemilik merek fesyen mewan Philipp Plein. Menurut laporan, ia membeli plot seukuran empat lapangan bola yang akan digunakan sebagai galeri metaverse dengan harga US$1,5 juta atau kisaran Rp23,3 miliar (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).

Dalam Metaverse, Ia dilaporkan telah memenjual setidaknya 24 barang dalam kurs Cryptocurrency yang berbeda dalam setahun. Awal tahun 2022, dia membuka toko baru di Old Bond Street London yang menjual pakaian dan beberapa token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) dengan imbalan cryptocoin seperti Bitcoin dan Ethereum.

PAda Metaverse lainnya, Sandbox, sejumlah merek multinasional tampak ikut membeli tanah virtual. Di sana, mereka membangun pengalaman untuk menjual dan mempromosikan produk dan layanan mereka.

Pun halnya dengan Gucci yang telah membangun di Roblox, yang bersama platform game besar lainnya seperti Minecraft dan Fortnite, dipandang sebagai metaverse paling utama dari metaverse yang masih muda.

Roblox sendiri mengatakan tidak menjual tanah dan dijalankan tanpa menggunakan teknologi blockchain apa pun. Sebab di Roblox mereka sudah memiliki beberapa bahan utama yang menurut penulis fiksi ilmiah dibutuhkan untuk metaverse sejati yakni kemampuan untuk hang out dan bermain, mata uang mereka sendiri di dunia, kesempatan untuk menghasilkan uang di platform, komunitas besar yang berkembang pesat.

Kota Gucci sendiri telah dikunjungi lebih dari 36 juta dalam setahun sejak diluncurkan, sementara Nike Land telah mencatat lebih dari 25 juta dalam 11 bulan.

Di Kota Gucci, pemain dapat membeli pakaian untuk avatar mereka dengan uang sungguhan. Di Nike Land mereka bisa mendapatkan T-shirt dan sepatu untuk avatar dengan poin yang didapat dengan bermain game. (mb)

Editor: Herlina

RELATED NEWS