Cities4Forests Dukung Jakarta Terapkan Solusi Berbasis Alam

Herlina - Kamis, 07 Juli 2022 13:52 WIB
Dukungan yang telah diberikan oleh Cities4Forests kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta antara lain adalah melakukan pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), inventarisasi pohon, kajian terkait banjir, serta peningkatan kapasitas terkait pendekatan Solusi Berbasis Alam. (foto : ist/lyfebengkulu.com)

JAKARTA,LyfeBengkulu.com- Memperkuat peran alam dalam pembangunan infrastruktur penunjang perkotaan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan banjir dan polusi yang ada di Jakarta. Konsep ini dikenal dengan model pendekatan Solusi Berbasis Alam (Nature-based Solution/NbS). Pola ini sudah diterapkan Pemerintah DKI Jakarta bersama inisiatif Cities4Forests.

Disampaikan ahli Hidrologi WRI Indonesia untuk Cities4Forests, Yudhistira Pribadi, NbS merupakan pendekatan yang mengedepankan penguatan peran alam sebagai upaya mitigasi berbagai bencana alam dan dampak krisis iklim lainnya.

"NbS memungkinkan pendekatan menyeluruh sehingga menghasilkan beragam manfaat secara bersamaan. Hal ini sangat penting mengingat perkotaan sering kali memiliki lahan yang sangat terbatas,” tuturnya.

Saat ini, dinas terkait di Provinsi DKI Jakarta telah memiliki program NbS, yakni integrasi fungsi alam berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) multifungsi yang tidak hanya memberikan fungsi rekreasi, tetapi juga dapat membantu pengelolaan banjir dan meningkatkan kualitas udara.

Ada lebih dari 90 RTH yang memiliki kolam resapan yang berfungsi mengelola air saat curah hujan tinggi. Ada pula taman-taman yang dikembangkan dengan pendekatan NbS, seperti Tebet Eco Park, Taman Langsat, TMB Dukuh, Taman Puring, dan masih banyak lagi.

Taman Langsat memiliki kolam retensi yang dapat mengurangi risiko banjir. Pada kondisi normal, kolam retensi akan kering sehingga dapat menjadi saran rekreasi warga yang berkunjung ke taman. Namun, apabila curah hujan tinggi dan melebihi kapasitas sungai, kolam retensi akan tergenang dan menampung limpasan air hujan tersebut. Selain itu, kawasan taman yang terjaga juga mendukung kehidupan berbagai keanekaragaman hayati di dalamnya.

“Kami sudah punya program terkait bagaimana green and blue infrastructure terintegrasi ke dalam sebuah tempat, dan bagaimana mengoptimalkan aset yang kita punya serta berkolaborasi dengan stakeholder terkait dan komunitas,” tutur Hendrianto, Kepala Seksi Perencanaan Bidang Pertamanan, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta.

“Kolam retensi, water storage dan flood storage kami terapkan di banyak taman-taman kecil di sekitar Jakarta.”

Selain itu, NbS juga diterapkan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta untuk berbagai infrastruktur pengendalian banjir yang sedang dikembangkan.

“Saat ini kami sedang merevitalisasi polder, waduk, dan sungai dengan menerapkan konsep NbS di dalamnya, yang tidak hanya berfungsi mengendalikan banjir tetapi juga menjadi ruang publik untuk aktivitas masyarakat. Melalui program kerja sama dengan Cities4Forests, kami dapat melihat dan mengerti aspek hidrologi serta wilayah-wilayah yang memiliki potensi implementasi konsep NbS, terutama untuk penanganan banjir,” tutur Maman Supratman, Sub Koordinator Urusan Perencanaan di Bidang Pengendalian Banjir dan Drainase, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta.

Di sisi lain, implementasi NbS juga telah dilembagakan melalui beberapa peraturan terkait seperti Peraturan Gubernur No. 17 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Hutan Kota, Instruksi Gubernur No. 52 Tahun 2020 tentang Percepatan Peningkatan Sistem Pengendalian Banjir di Era Perubahan Iklim, Peraturan Gubernur No. 24 Tahun 2021 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pohon, Peraturan Gubernur No. 49 Tahun 2021 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Taman, serta Peraturan Gubernur No. 9 Tahun 2022 tentang ruang terbuka hijau yang juga memuat masterplan RTH.

Manfaat NbS juga telah dirasakan oleh berbagai kota di dunia. Di Singapura misalnya, transformasi dilakukan dengan mengembalikan aliran sungai alami sehingga menciptakan dataran banjir yang mampu menampung air lebih besar saat hujan. Selain itu, konsep Sponge Cities di Tiongkok berupaya menyediakan ruang lebih luas agar air hujan bisa terserap ke dalam tanah sebelum dialirkan ke saluran drainase.

Sejak 2018, DKI Jakarta telah tergabung dalam inisiatif Cities4Forests, koalisi yang mendorong pembelajaran peer-to-peer untuk meningkatkan hubungan antara kota dengan hutannya, memberikan dukungan teknis berkaitan dengan perumusan kebijakan lokal, serta aktivitas komunikasi lainnya. Kota Jakarta adalah salah satu kota dari lebih dari 70 kota di enam benua di seluruh dunia yang tergabung di Cities4Forests.

Dukungan yang telah diberikan oleh Cities4Forests kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta antara lain adalah melakukan pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), inventarisasi pohon, kajian terkait banjir, serta peningkatan kapasitas terkait pendekatan Solusi Berbasis Alam.

“Pendekatan NbS sangat berpotensi untuk diterapkan di kota lain di Indonesia, dengan berbagai penyesuaian yang dicocokkan dengan kondisi kota masing-masing. Saat ini sudah ada 8 kota di Indonesia yang kami dukung, yakni Jakarta, Semarang, Manokwari, Jayapura, Pekanbaru, Medan, Balikpapan, dan Denpasar. Kami dari WRI Indonesia dan Cities4Forests siap membantu kota-kota lainnya yang ingin memperkuat hubungan antara kota dengan alam di sekitarnya,” tutur Yudhistira. (bth/rls)

Editor: Herlina

RELATED NEWS