Intermediate Fact Checking Training, Membentuk Garda Terdepan Melawan Mis-Disinformasi

Herlina - Jumat, 01 Maret 2024 17:23 WIB
Training akan digelar secara paralel di 5 AJI Kota di Indonesia. Denpasar, Bengkulu, Padang, Malang, dan Balikpapan. Di mana pelatihan tersebut digelar secara serentak di 3 AJI Kota di Indonesia. Yakni, Denpasar, Bengkulu dan Padang, pada Sabtu-Minggu, 23-24 Maret 2024.

BENGKULU, LyfeBengkulu.com- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu akan mengelar Intermediate Fact Checking Training, di Kota Bengkulu. Training yang didukung AJI Indonesia berkolaborasi dengan Google News Initiative ini terbuka untuk kalangan jurnalis di Provinsi Bengkulu. Baik jurnalis digital, elektronik (Televisi, Radio) dan jurnalis media cetak.

Training akan digelar secara paralel di 5 AJI Kota di Indonesia. Denpasar, Bengkulu, Padang, Malang, dan Balikpapan. Di mana pelatihan tersebut digelar secara serentak di 3 AJI Kota di Indonesia. Yakni, Denpasar, Bengkulu dan Padang, pada Sabtu-Minggu, 23-24 Maret 2024.

Tujuan pelatihan tersebut tentu untuk menyediakan sarana bagi kalangan jurnalis dalam memahami materi cek fakta lebih mendalam guna memerangi mis-disinformasi. Lalu mendorong jurnalis membuat konten debunking atau cekfakta di newsroom, terakhir peserta dapat menyebarkan materi debunking kepada jurnalis lain.

Ketua AJI Bengkulu, Yunike Karolina mengatakan, di era globalisasi informasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi digital, industri media dan jurnalistik menghadapi dinamika yang sangat kompleks dan cepat. Transformasi ini memberikan dampak signifikan pada cara masyarakat menerima dan menyebarkan berita.

Di tingkat lokal, kata Yunike, jurnalis memegang peran sentral sebagai penjaga kebenaran, penyampai informasi yang akurat, dan penjembatan antara masyarakat dengan realitas sekitarnya. Meskipun demikian, mereka juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dalam konteks penyebaran mis-disinformasi.

Perkembangan media digital termasuk media sosial telah merubah lanskap informasi secara drastis. Informasi dapat menyebar dengan cepat dan tanpa batasan geografis. Penyebaran informasi yang tidak benar secara sengaja, dikenal sebagai mis-disinformasi telah menjadi ancaman nyata bagi integritas dan kredibilitas jurnalisme.

Jurnalis di daerah yang sering kali bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan dalam konteks yang beragam, menjadi semakin rentan terhadap dampak negatif dari penyebaran informasi palsu.

Jurnalis di daerah memiliki posisi unik dalam menyajikan berita. Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika lokal, masyarakat, dan peristiwa yang terjadi. Namun, mereka juga menghadapi tekanan untuk memberikan liputan yang cepat, terutama dalam konteks berita lokal yang seringkali diabaikan oleh media nasional.

Sehingga meningkatkan keterampilan jurnalis di daerah dalam melakukan fact checking menjadi suatu kebutuhan mendesak untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada masyarakat adalah akurat dan dapat dipercaya.

Dalam konteks ini, terang Yunike, pelatiham Intermediate Fact Checking Training bagi jurnalis di daerah menjadi langkah yang strategis dan mendesak untuk meningkatkan kapasitas jurnalistik lokal dalam menghadapi dinamika informasi digital yang berkembang pesat.

''Pelatihan ini diharapkan dapat membentuk garda terdepan yang tangguh dalam melawan mis-disinformasi, menjaga kualitas berita, dan memperkuat hubungan antara media lokal dengan masyarakatnya,'' kata Yunike, Jumat (1/3/2024).

Intermediate Fact Checking Training, lanjut Yunike, merupakan salah satu teknik verifikasi mendalam yang dapat dipakai sebagai tindakan memerangi menyebarnya informasi tidak benar.

''Untuk itu, pada tahun ini AJI Indonesia berkolaborasi dengan Google News Initiative menyelenggarakan Intermediate Fact Checking Training di 5 AJI Kota di Indonesia,'' jelas Yunike.

Ditambahkan Organizer Intermediate Fact Checking Training-AJI Bengkulu, Beta Misutra, sebelum mengikuti kegiatan peserta diwajibkan mengikuti pelatihan awal di LMS cek fakta dibuktikan dengan e-sertifikat dari LMS cekfakta secara online. Ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi bagian dari peserta.

''Untuk link dan tata cara masuk ke LMS Cek Fakta akan dijelaskan setelah seleksi peserta yang terpilih mengikuti pelatihan,'' jelas Beta.

Dari AJI Bengkulu, sambung Beta, akan menseleksi sebanyak 25 peserta. Namun untuk jurnalis dari luar Kota Bengkulu yang dinyatakan lulus nantinya, panitia tidak menyediakan tempat penginapan bagi peserta terpilih.

Pendaftaran peserta, terang Beta, akan dibuka terhitung sejak Jumat 1 Maret - Jumat 15 Maret 2024. Sementara untuk yang berminat mengikuti training ini dapat berseluncur di link berikut ini https://bit.ly/IntermediateFactCheckingTrainingAJIBengkulu.

''Peserta dalam pelatihan ini terbatas. Tak kalah penting peserta terpilih harus membawa laptop atau notebook untuk menunjang dalam proses pelatihan full day selama 2 hari ini,'' sampai Beta. (**)

Editor: Herlina

RELATED NEWS