Petani di Bengkulu Lebih Untung Bertanam Padi dari Pada Sawit
BENGKULU, LyfeBengkulu.com- Sebagian petani di Provinsi Bengkulu mengaku lebih untung bertanam padi dari pada komoditas kelapa sawit. Meskipun dalam gambaran masyarakat luar daerah, tanaman sawit sangat menjanjikan.
Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Peranian (Kabid PSP) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Bengkulu, Helmi Yuliandri melaporkan banyak petani di daerah meminta pemerintah membantu mempertahankan sawahnya. Sebab, sambung Helmi, petani di daerah mengaku lebih untung bertanam padi ketimbang sawit.
"Seperti misalnya di Kabupaten Mukomuko, para petani mengaku lebih untung bertanam padi. Dalam setahun, petani yang melakukan tiga kali panen mampu menghasilkan Rp105 jutaan per hektare dengan hitungan sekira Rp35 jutaan per hektare dalam sekali panen," kata Helmi.
"Sedangkan hasil panen kelapa sawitnya untuk dua hektar setiap bulan paling bagus mencapai Rp 4 juta sebulan. Itu baru penghasilan kotor karena harus dikeluarkan biaya untuk panen dan pupuk. Penghasilan bersih hanya sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Artinya, pendapatan dari satu hektar kelapa sawit mencapai Rp 1,25 juta sampai Rp 1,5 juta per bulan," imbuhnya.
- Aturan Terbaru Bandara Penerbangan, Naik Pesawat Wajib Vaksin Booster
- Alihfungsi Lahan Persawahan di Bengkulu Mengkhawatirkan
- Pelaku Ekonomi Kreatif Didorong Berkoperasi
Tak hanya itu, Helmi mengungkap lahan pertanian bekas persawahan juga dikenal mahal. Saat ini harga lahan sawah untuk tanaman padi yang berada di pinggir jalan kampung atau di dekat sumber air, sudah mencapai Rp 400 juta sampai Rp 500 juta per hektar.
"Adapun untuk sawah yang lokasinya lebih ke dalam, harganya berkisar Rp 250 juta sampai Rp 300 juta," kata dia.
Sedangkan harga lahan kelapa sawit, sebut Helmi, hanya berkisar Rp 100 juta per hektar. Itu pun lahan sawit yang sudah berproduksi. Apabila tanaman sawitnya belum menghasilkan, harganya lebih rendah lagi.
"Harga lahan sawah padi jauh lebih mahal, meski pun perkebunan kelapa sawit merupakan primadona ratusan warga Bengkulu. Dengan perbandingan luas lahan sama, nilai produksi padi sawah jauh lebih tinggi daripada kelapa sawit," ucapnya.
Dengan harga padi yang relatif stabil, meski saat ini harga sedang menurun menjadi Rp 3.500 sampai Rp 3.800 per kilogram namun penghasilan petani padi masih lebih besar dari sawit. Sedangkan harga panen kelapa sawit sangat fluktuatif atau tidak menentu.
Hanya saja, kata Helmi, petani di daerah mulai enggan dalam mempertahankan sawahnya lantaran kondisi infrastruktur irigasi saat ini lebih banyak mengalami kerusakan.
"Sebenarnya petani di Bengkulu ini lebih memilih mempertahankan sawahnya daripada harus menjual. Tapi sayangnya di kondisi perairan yang tak baik tentu membuat para petani memutar otak. Dalam setahun sampai dua tahun mereka masih bertahan. Tapi jika sudah sampai bertahun-tahun, tentu mereka akan jauh lebih tergiur untuk menjualnya dengan harga tinggi," papar Helmi. (mb)