Makanan
Selasa, 25 Juni 2024 17:54 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Masyarakat Jepang, terutama yang tinggal di Pulau Okinawa, dikenal dengan angka harapan hidup yang luar biasa, 81 tahun untuk pria dan lebih dari 87 tahun untuk wanita. Dengan bertambahnya usia penduduk, jumlah lansia di pulau ini ternyata semakin meningkat, dan jumlah orang yang mencapai usia seratus tahun bahkan melebihi rekor sebelumnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Jepang, jumlah penduduk yang berusia seratus tahun di Jepang baru saja mencapai rekor tertinggi yaitu 86.510 jiwa, yaitu 86.510 orang, meningkat sebanyak 6.060 orang dibandingkan dengan tahun 2020. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari hanya 153 orang ketika pencatatan dimulai pada tahun 1963.
Dikutip dari World Economic Forum, artinya, satu dari setiap 1.450 orang Jepang berusia di atas 100 tahun. Lebih dari 88,4% dari jumlah penduduk berusia seratus tahun adalah perempuan, termasuk Kane Tanaka, orang tertua di dunia dengan usia 118 tahun.
Di Okinawa, jumlah orang berusia seratus tahun per 100.000 orang pada tahun 2015 hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Jepang secara keseluruhan.
Namun, apa sebenarnya rahasia di balik umur panjang orang Jepang?
Dilansir dari Japan Avenue, berikut rahasia umur panjang ala orang Jepang;
Sebuah penelitian menunjukkan, pola makan tradisional Jepang berperan penting dalam panjang umur mereka. Orang Jepang cenderung tidak menggunakan garam berlebihan dalam masakan mereka, yang berkontribusi pada rendahnya risiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Selain mengurangi konsumsi garam, orang Jepang juga membatasi makanan seperti daging merah yang tinggi lemak jenuh. Sebagai gantinya, mereka sering mengonsumsi ikan, yang kaya akan protein dan asam lemak tak jenuh.
Masyarakat Jepang juga rutin mengonsumsi kedelai dan teh hijau tanpa gula tambahan. Kebiasaan ini membantu mereka menjaga kesehatan dan mengurangi risiko terkena penyakit jantung, kanker, dan diabetes.
Penduduk Okinawa yang lebih tua percaya bahwa tubuh adalah kuil dan Anda tidak boleh mencemarinya. Mereka minum alkohol secukupnya dan umumnya tidak banyak merokok. Dan mereka adalah orang-orang yang sangat aktif, asupan kalori dan keluarannya selalu mendekati keseimbangan dan sering kali negatif, sehingga mereka membakar banyak lemak.
Pola makan mereka sebagian besar berbasis tumbuhan, jadi tidak padat kalori. Mereka makan lebih dari satu kilogram sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, setiap hari. Itu bagian dari setiap makan.
Alih-alih roti, karbohidrat utama adalah ubi jalar, yang memiliki kandungan glikemik rendah dan banyak senyawa tumbuhan, terutama senyawa flavonoid berwarna yang benar-benar dapat membantu kesehatan secara keseluruhan dan mungkin memperlambat proses penuaan. Mereka juga berlatih hara hachi bu, makan sampai kenyang 80%.
“Dunia ini milik mereka yang bangun pagi!” Pepatah ini sangat benar adanya di nusantara. Banyak orang Jepang memulai hari mereka lebih awal. Pagi hari menjadi waktu yang penting untuk melakukan latihan fisik yang membantu mereka bangun dan menyegarkan diri secara perlahan.
Selain itu, untuk mengurangi stres yang timbul dari pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, orang Jepang sering melibatkan diri dalam aktivitas santai seperti meditasi, kaligrafi, ikebana (seni tata bunga), atau kodo (seni dupa Jepang).
Terakhir, bersantai di pemandian air panas atau onsen adalah tradisi yang mengakar kuat di Negeri Matahari Terbit. Pola makan yang sehat, aktivitas, dan relaksasi ini menjadi bagian integral dari gaya hidup sehat orang Jepang.
Di Jepang, aktivitas fisik dinikmati oleh semua orang dari berbagai usia. Sejak dini, anak-anak bergabung dengan klub olahraga dan seni, yang mereka ikuti sepanjang tahun sekolah. Begitu juga dengan masyarakat Jepang yang tetap aktif setelah pensiun, baik melalui pekerjaan maupun kegiatan lainnya seperti bersepeda, jogging, atau berjalan cepat.
Ritual pagi seperti rajo taiso pun dianggap penting di Jepang, diikuti tanpa memandang usia atau kondisi fisik seseorang. Ingat olahraga ringan yang dilakukan oleh 27 juta orang di Jepang? Bahkan perusahaan menerapkannya untuk menjaga kesehatan karyawan mereka, yang juga terbukti lebih efisien. Aktivitas fisik diakui sebagai cara yang sangat efektif untuk menjaga kebugaran.
Sistem perawatan kesehatan di Jepang terdiri dari banyak klinik dan dokter spesialis, diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Terdapat dua jenis asuransi kesehatan masyarakat. Pertama, asuransi kesehatan nasional yang mencakup hingga 70% biaya layanan kesehatan.
Kedua, asuransi sosial karyawan tersedia bagi seluruh karyawan, dengan separuh biayanya ditanggung oleh pemberi kerja dan mencakup 80% perawatan kesehatan serta biaya tanggungan mereka. Kualitas dan aksesibilitas perawatan yang baik tentunya membantu menjaga kondisi fisik tetap prima di Jepang.
Hidup bersama merupakan nilai yang diajarkan sejak dini di Jepang. Semangat kerja sama dan kolektivitas sangat dihargai dalam budaya Jepang, di mana kepentingan bersama selalu ditempatkan di atas kepentingan pribadi. Keluarga juga memegang peranan penting yang besar. Karena itu, orang Jepang sering dikelilingi oleh anggota keluarga dan tinggal di lingkungan yang hangat.
Di pulau Okinawa, desa Ogimi menjadi tempat bagi komunitas yang terdiri dari orang lanjut usia dan mereka yang berusia seratus tahun ke atas, di mana mereka berinteraksi, saling membantu, dan tertawa bersama. Menurut penduduk setempat, hidup bersama adalah kunci untuk hidup bahagia dan panjang umur.
Ikigai adalah filosofi hidup yang berasal dari Okinawa dan membantu seseorang menemukan tujuan hidup mereka. Masyarakat Okinawa memiliki banyak pelajaran berharga untuk dibagikan kepada kita.
Di pulau ini, banyak orang lanjut usia yang tetap aktif bekerja untuk menjaga hubungan sosial mereka. Contohnya, di desa Ogimi yang terkenal dengan kerajinan tekstilnya, wanita pada usia tertentu meneruskan tradisi menenun basho-fu, yang merupakan bagian dari ikigai mereka.
Ikigai menggambarkan keseimbangan yang sempurna antara apa yang disukai seseorang, apa yang mereka kuasai, apa yang dibayar untuk mereka lakukan, dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ini membawa kepuasan dalam pekerjaan, minat, serta perasaan memberi manfaat kepada orang lain. Menemukan ikigai berarti mengikuti jalan menuju kebahagiaan.
Spiritualitas memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jepang yang menghormati praktik agama Shinto dan Buddha. Apakah spiritualitas ini merupakan rahasia di balik umur panjang? Beberapa penelitian menunjukkan, orang yang aktif mengunjungi tempat ibadah memiliki harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak.
Di Jepang, meditasi juga merupakan kegiatan umum yang telah terbukti memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Fokus pada perasaan dan pernapasan dalam meditasi membantu mengurangi ketegangan serta menciptakan kedamaian dalam batin.
Hasilnya, hormon stres seperti kortisol menurun dan sel-sel tubuh lebih terlindungi dari penuaan. Ditambah lagi, studi ilmiah menunjukkan, meditasi dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Tidak dapat disangkal bahwa semangat spiritual orang Jepang menjadi salah satu kunci untuk hidup yang lebih baik dan umur panjang.
Masyarakat Jepang memiliki keunggulan genetik tertentu yang dianggap berkontribusi pada umur panjang. Dua gen yang khusus disebutkan adalah DNA5178 dan ND2-237 Met, yang sering ditemukan pada orang-orang yang berumur panjang.
Dikutip dari India Times, kedua gen ini diyakini dapat meningkatkan harapan hidup dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, stroke, dan serangan jantung. Namun, tidak semua orang Jepang memiliki kedua gen tersebut.
Tak dapat disangkal, keberhasilan ekonomi Jepang telah berkontribusi pada umur panjang sebagian besar masyarakatnya. Hal ini terkait erat dengan kesehatan yang baik serta peningkatan pendapatan nasional mereka.
Seperti yang kalian ketahui, rahasia umur panjang ala orang Jepang terutama yaitu terkait dengan cara hidup mereka.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 23 Jun 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 25 Jun 2024
Bagikan
Kesehatan
10 hari yang lalu