BRI
Sabtu, 22 Oktober 2022 05:57 WIB
Penulis:Herlina
Editor:Herlina
BENGKULU,LyfeBengkulu.com- Keberadaan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Provinsi Bengkulu menjaga trend positif pertumbuhan ekonomi daerah. Pada triwulan pertama tahun 2022 pasca pandemi COVID-19 keberadaan UMKM memberi andil terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 1,71 persen.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Satu Bengkulu melalui Kepala Direktorat Jendral Perbendaharaan (DJPb) Syarwan menyebutkan trend positif UMKM perlu dijaga mengingat keberadaannya di tengah pandemi memberi jalan mulus pertumbuhan ekonomi daerah. Meski tidak signifikan, UMKM mampu membuat memperkuat soko guru negara bertahan dari ancaman resesi.
"Di tengah ketidakpastian global saat ini, UMKM lah yang mampu membuat perekonomian Indonesia bertahan. Ke depan, tantangannya semakin besar mengingat ancaman resesi itu nyata," kata dia.
Syarwan mengatakan pihaknya telah melakukan pembinaan UMKM dari tahun ke tahun. Pembinaan itu ditempuh untuk memperkuat ekonomi UMKM dalam mengembangkan bisnisnya.
Empat faktor yang menjadi fokus Kemenkeu membina UMKM tetap tumbuh dan berkembang.
"Pembinaan kami lakukan sepanjang tahun, mulai dari membangun infrastruktur konektivitas digital, program pembiayaan, mendorong digitalisasi UMKM serta peningkatan sinergi dan koordinasi pembinaan antar lembaga pemerintah dan swasta," kata dia.
Pada sisi pengembangan usaha, Syarwan mengungkap pelaku UMKM belum memaksimalkan akses program pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun Pembiayaan Ultra Mikro (UMi).
Padahal banyak manfaat yang didapat daripada harus melakukan peminjaman ke renternir dan semacamnya.
"Selain bunganya yang rendah dan telah disubsidi pemerintah, pembiayaan ini juga mudah didapat tanpa syarat yang panjang," ujarnya.
Pada faktor digitalisasi UMKM, Syarwan menyebut pelaku UMKM sudah banyak mengakses ruang media sosial dan platform jual-beli. Hal ini positif mengingat keberadaan digitalisasi pemasaran kedepan dapat membuat UMKM menekan biaya operasional.
"Dukungan program pembiayaan dan digitalisasi ini sangat penting karena diharapkan menumbuhkan pelaku usaha baru maupun meningkatkan daya saing UMKM sehingga bisa meningkat ke skala usaha yang lebih besar," demikian Syarwan.
Sementara itu, salah satu UMKM binaan Kemenkeu Bengkulu dengan brand Putri Rafflesia Kezi, Jemi Ika mengaku mengalami peningkatan omset semenjak menjadi binaan Kementerian Keuangan Satu Bengkulu.
Jemi yang menjual produk olahan makanan dan minuman mengatakan beberapa bulan terakhir mendapat keuntungan usaha mencapai 50 persen atau Rp4 juta dalam sebulannya.
"Alhamdulillah, ada peningkatan dari sisi pendapatan mencapai 50 persen dibanding sebelumnya," katanya.
Jemi mengaku peningkatan pendapatan ini didapat usai memperluas pemasaran melalui pasar digital. Bahkan saat pandemi ia mengaku tidak berdampak lantaran mulai terbiasa menjajakan produknya di media sosial.
"Kalau jualan buka lapak tidak terlalu ramai dan banyak penjualannya. Tapi dibantu jualan online, ya lumayan menjanjikan hasilnya," kata dia.
"Apalagi keberadaan pandemi membuat saya mulai merambah kuliner herbal seperti wedang jahe, temulawak dan kalamansi. Di kondisi pandemi dan saat ini, produk pemaketan laris manis," ujarnya.
Dengan menjadi binaan Kemenkeu Satu Bengkulu, dia berharap mendapat dukungan baik pada sektor pemasaran dan perluasan pengembangan produk usahanya. (mb)
Bagikan