Visi Maritim India: dari SAGAR ke Indo-Pasifik hingga MAHASAGAR

Kamis, 14 Agustus 2025 06:27 WIB

Penulis:Herlina

IMG-20250812-WA0048.jpg
Suchitra Durai, Mantan Duta Besar India untuk Thailand. (foto: istimewa)

Oleh: Suchitra Durai

Satu dekade lalu, pada 12 Maret 2015, ketika meresmikan Offshore Patrol Vessel Barracuda di Mauritius—kapal patroli laut yang dibangun di Garden Reach, Kolkata sesuai spesifikasi Mauritius—Perdana Menteri Narendra Modi memaparkan kebijakan India terhadap Kawasan Samudra Hindia (Indian Ocean Region / IOR) yang dikenal dengan singkatan SAGARSecurity and Growth for All in the Region (Keamanan dan Pertumbuhan untuk Semua di Kawasan). Beliau menegaskan bahwa Samudra Hindia sangat penting bagi masa depan dunia karena menjadi jalur dua pertiga pengiriman minyak dunia, sepertiga kargo curah, dan setengah lalu lintas kontainer dunia. Empat puluh negara yang berada di pesisirnya menampung hampir 40% populasi dunia.

Kebijakan SAGAR menekankan lima hal:

  1. Menjamin keselamatan dan keamanan daratan utama India serta wilayah kepulauan, sekaligus memastikan IOR yang aman, terjamin, dan stabil.
  2. Memperdalam kerja sama ekonomi dan keamanan dengan negara-negara sahabat di IOR, khususnya tetangga maritim dan negara kepulauan, melalui peningkatan kapasitas.
  3. Mendorong aksi kolektif dan kerja sama.
  4. Mewujudkan masa depan yang lebih terintegrasi dan kooperatif menuju pembangunan berkelanjutan untuk semua.
  5. Meningkatkan keterlibatan maritim di IOR, dengan keyakinan bahwa tanggung jawab utama atas stabilitas dan kemakmuran IOR berada di tangan penduduk kawasan itu sendiri.

Jika SAGAR adalah jangkauan eksternal India, di tingkat nasional kebijakan ini dilengkapi oleh inisiatif Sagarmala yang berfokus pada pembangunan berbasis pelabuhan. 

Untuk waktu yang lama, India dikritik karena bias kontinentalnya—terlalu fokus pada perbatasan di utara dan barat laut, sehingga mengabaikan kepentingan maritimnya yang luas. Namun, hal ini mulai berubah. Sejak peluncuran kebijakan Look East pada 1992 yang kemudian berkembang menjadi kebijakan proaktif Act East pada 2015, India kembali meraih warisan maritimnya. Baru-baru ini, PM Modi merilis koin khusus untuk memperingati 1.000 tahun prestasi maritim Kaisar Rajendra Chola.

Angkatan Laut India berada di garda depan diplomasi maritim melalui inisiatif peningkatan kapasitas, latihan bersama, konferensi multilateral, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana (HADR), serta kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR). Tsunami 2004 menjadi tonggak pengakuan dunia terhadap kemampuan India dalam operasi bantuan bencana. India pun diakui sebagai responden pertama dan penyedia keamanan bersih (net security provider) di IOR, terutama bagi negara-negara tetangga. Bantuan cepat India untuk Myanmar setelah Badai Nargis pada 2008 dan menjadi negara pertama yang mengirim air minum ke Maladewa saat krisis air tawar pada akhir 2014 memperkuat reputasi ini. Pada Maret 2025, India melancarkan Operasi Brahma, operasi besar penyelamatan dan bantuan untuk Myanmar yang dilanda gempa bumi.

Kini India telah menjadi mitra keamanan pilihan di kawasan Indo-Pasifik, membentuk kemitraan pertahanan yang mencakup latihan gabungan, peningkatan kapasitas, dan ekspor peralatan pertahanan—baik sebagai hibah maupun melalui Line of Credit pertahanan sesuai permintaan negara mitra. 

Kerja sama keamanan maritim trilateral dengan Sri Lanka dan Maladewa yang dimulai pada 2011 telah diperluas ke negara-negara Samudra Hindia lainnya termasuk Mauritius dan Bangladesh, dengan Seychelles sebagai pengamat di bawah Colombo Security Conclave yang kini memiliki piagam dan sekretariat di Kolombo. Indian Ocean Naval Symposium (IONS), yang diinisiasi Angkatan Laut India pada 2008, menjadi wadah inklusif untuk membahas isu maritim dan menyusun mekanisme respons yang efektif. IONS memiliki 25 negara anggota dari Asia Selatan, Asia Barat, Afrika, Asia Tenggara, dan negara Eropa yang memiliki wilayah di Samudra Hindia, serta sembilan pengamat dan kursi ketua yang bergilir (India akan menjadi ketua pada akhir 2025). MILAN adalah latihan multinasional dua tahunan yang diselenggarakan Angkatan Laut India selaras dengan visi SAGAR dan kebijakan Act East.

Aspek penting keamanan maritim lainnya adalah peningkatan kesadaran domain maritim (maritime domain awareness). Untuk itu, India telah menandatangani perjanjian white shipping dengan 22 negara dan mendirikan Information Fusion Centre – IOR berteknologi tinggi di Gurugram yang memfasilitasi berbagi informasi maritim antarnegara anggota.

India memiliki sejarah panjang kemitraan pembangunan yang dimulai bahkan sebelum kemerdekaannya. Pendekatan ini dibentuk oleh perjuangan kemerdekaan, solidaritas dengan negara-negara terjajah dan berkembang, serta teladan Mahatma Gandhi yang mengatakan bahwa “patriotisme saya mencakup kebaikan bagi seluruh umat manusia”. Karena itu, India berbagi pengalaman pembangunan dan keahlian teknisnya dalam semangat Vasudhaiva Kutumbakam (keyakinan kuno bahwa dunia adalah satu keluarga). Seperti yang ditegaskan PM Modi di Parlemen Uganda pada 2018, “Kemitraan pembangunan kami akan dipandu oleh prioritas Anda, berdasarkan kesepakatan yang nyaman bagi Anda, membebaskan potensi Anda, dan tidak membatasi masa depan Anda…” Model kerja sama pembangunan India bersifat komprehensif, mencakup hibah, lines of credit lunak, peningkatan kapasitas, dan bantuan teknis. Yang terpenting, sifatnya tanpa syarat, transparan, berkelanjutan, dan layak secara finansial.

Pada Juni 2018, di Konferensi Shangri-La, PM Modi memaparkan visi Indo-Pasifik India. Bagi India, Indo-Pasifik adalah kawasan bebas, terbuka, dan inklusif yang “merangkul kita semua dalam upaya bersama untuk kemajuan dan kemakmuran”. Beliau menekankan sentralitas ASEAN, tatanan berbasis aturan, kebebasan navigasi, kelancaran perdagangan, dan penyelesaian damai sengketa sesuai hukum internasional. Visi ini selaras dengan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Pada KTT Asia Timur di Bangkok, November 2019, India meluncurkan Indo-Pacific Oceans Initiative (IPOI), inisiatif terpadu dengan tujuh pilar kerja sama praktis yang dibangun di atas visi SAGAR. Partisipasi aktif India dalam QUAD (Australia, India, Jepang, dan AS) adalah bagian dari visi Indo-Pasifik ini. Sebelumnya, pada 2014, India membentuk FIPIC (Forum for India-Pacific Islands Cooperation) sebagai inisiatif strategis untuk memperkuat hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara kepulauan di Samudra Pasifik.

Pada 2023, saat memegang Presidensi G-20 yang bertema inklusivitas, India mengundang Uni Afrika untuk bergabung. Presidensi India juga menghidupkan kembali multilateralisme, menguatkan suara negara-negara global south, dan mengedepankan pembangunan. Sejak itu India telah menjadi tuan rumah tiga edisi Voice of the Global South Summit.

Sepuluh tahun setelah peluncuran SAGAR, dalam kunjungan resmi ke Mauritius pada 2025, PM Modi mengumumkan MAHASAGAR (Mutual and Holistic Advancement for Security and Growth Across Regions)—doktrin terbaru. Jika SAGAR berarti laut, maka MAHASAGAR dalam bahasa Hindi dan beberapa bahasa India lainnya berarti samudra. MAHASAGAR menandai evolusi strategis dari fokus regional di Samudra Hindia menjadi visi maritim global, dengan penekanan khusus pada global south. Kunjungan terbaru PM Modi ke Mauritius, Maladewa, Trinidad dan Tobago, Ghana, dan Filipina sejalan dengan visi MAHASAGAR ini. 

*) penulis merupakan mantan duta besar India untuk Thailand.