Pakar Sebut Rendahnya Harga TBS di Bengkulu Dipengaruhi Kualitas

Kamis, 15 September 2022 15:55 WIB

Penulis:Herlina

Editor:Herlina

WhatsApp Image 2022-09-15 at 8.22.57 AM.jpeg
Praktik di lapangan petani swadaya lebih sering menjual TBS ke tengkulak dan menerima harga lebih rendah dari harga yang ditentukan pemerintah. Pemerintah dinilai tidak aktif dalam berupaya meningkatkan kualitas kebun sawit petani rakyat. (foto : ist/lyfebengkulu)

BENGKULU,LyfeBengkulu.com-  Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani di Provinsi Bengkulu tidak bergerak banyak dalam beberapa waktu terakhir. Seperti diketahui, penetapan harga TBS di daerah hanya selisih Rp200,- dari dua pekan sebelumnya.

Pakar persawitan Medan Profesor Doktor Ponten Naibaho mengatakan rendahnya pembelian harga TBS kelapa sawit di Provinsi Bengkulu akibat jeleknya kualitas TBS yang dipanen di kalangan petani.

"Melihat harga TBS di Bengkulu yang dihargai Rp 1.880,27 per Kg, dipengaruhi banyaknya TBS yang dipasok dari petani. Itupun kualitasnya jelek dibanding dengan daerah Sumatera lainnya yang saat ini harganya justru di atas Rp2.000/kg," kata Ponten, Kamis (15/09).

Harga TBS ini terpantau tetap stabil, dan tidak terlalu memberi keuntungan lebih bagi petani. Lebih buruk lagi, harga yang sesungguhnya diterima petani bisa jadi lebih murah daripada harga yang ditentukan oleh pemda.

Terlebih praktik di lapangan menunjukkan petani swadaya lebih sering menjual TBS ke tengkulak dan menerima harga lebih rendah dari harga yang ditentukan pemerintah. Adapun pemerintah ia nilai tidak aktif dalam berupaya meningkatkan kualitas kebun sawit petani rakyat.

“Harga TBS yang berlaku di Bengkulu tidak selalu sama dengan praktik pembelian di tingkat pabrik dan cenderung di bawah harga itu," kata dia.

Selain itu, Ponten mengungkap pabrik kelapa sawit di seluruh daerah memperhatikan kualitas TBS saat ingin melakukan perhitungan pembelian dan dicatatkan dalam invoice. Dari situlah diketahui bahwa indeks penetapan harga yang saat ini berlaku masih bergantung pada kualitas TBS-nya.

"Di Bengkulu dan daerah lain kan, jelas pasokan TBS 60 persen berasal dari petani. Jadi kalau 60 persen yang dipasok ke pabrik untuk dikelola menjadi CPO tentu memperhitungkan kuantitas bahan bakunya. Apalagi kita juga tahu sawit itu jika sudah melebihi 2 hari maka akan menyusut," terangnya. 

Namun demikian, Ponten berharap petani di Bengkulu beralih pada bibit yang memiliki sertifikat atau membeli bibit unggul saat akan menanam kelapa sawit sehingga kualitas TBS-nya ketika dipanen juga berkualitas.

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan mengatakan banyak petani di Bengkulu menggunakan benih kelapa sawit vairetas Simalungun. 

Benih dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) ini sangat diminati oleh petani di daerah karena keunggulannya dalam memproduksi kelapa sawit dalam jumlah besar.

"Adapun rendemen varietas Simalungun mencapai 26,5%. Dengan rendemen sebesar itu, pabrik kelapa sawit mampu memproduksi clued palm oil (CPO) sebanyak 7,53 ton dalam satu hektarenya per tahun," singkat Ricky. (mb)