Kemerdekaan bagi para Lajang: Kebebasan Menentukan Pilihan dan Mencintai Diri Sendiri

Herlina - Sabtu, 02 September 2023 19:53 WIB
Ilustrasi (freepik.com)

Sebanyak 60% lajang di Indonesia mendapatkan lebih banyak tekanan dari keluarga untuk segera menikah dibandingkan dua tahun lalu di angka 29%

BENGKULU, LyfeBengkulu.com- Berdasarkan survei tahunan yang diadakan oleh Lunch Actually, ditemukan bahwa 60% lajang merasakan tekanan dari keluarga untuk menikah, lebih tinggi dibandingkan dua tahun lalu, di angka 29%. Sedangkan 58% dari mereka juga merasa bahwa mereka mendapatkan tekanan yang lebih besar dari masyarakat untuk menikah dibandingkan dua tahun lalu di angka 31%.

Apakah tekanan dari keluarga membuat para lajang di Indonesia ingin hidup mandiri? Tentu saja pertimbangan finansial menjadi tantangan terbesar untuk mulai hidup terpisah dengan orang tua. Mungkin sulit bagi sebagian orang untuk hidup mandiri di Indonesia karena tingginya biaya hidup dengan pendapatan yang stagnan.

Urusan percintaan dapat dipengaruhi secara signifikan saat tinggal bersama orang tua. Berikut adalah beberapa pengaruh tinggal bersama orang tua dengan urusan percintaan:

  1. Privasi yang terbatas: Tinggal bersama orang tua sering kali mengakibatkan kurangnya privasi, membuat urusan percintaan dan berpacaran menjadi sulit. Seperti sulit untuk membawa pacar ke rumah atau menikmati waktu tanpa gangguan saat bersama mereka.
  2. Kurang mandiri: Orang dewasa yang tinggal bersama orang tuanya mungkin merasa kurang mandiri, yang mungkin berdampak pada kepercayaan diri dan penilaian mereka saat berkencan.
  3. Terbatasnya waktu untuk bersosialisasi: Kesempatan untuk bertemu calon pasangan mungkin terhambat jika orang tua menerapkan peraturan yang ketat atau jam malam.
  4. Tantangan dalam berkomunikasi: Stres dan tekanan dalam hubungan dapat disebabkan oleh masalah komunikasi dengan orang tua perihal berpacaran.
  5. Persepsi Pasangan: Kekhawatiran atau asumsi calon pasangan tentang seseorang yang tinggal bersama orang tuanya dapat berdampak pada kelancaran berhubungan.
  6. Perencanaan jangka panjang: Jika tinggal bersama orang tua merupakan rencana jangka panjang, hal ini dapat mempengaruhi keputusan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, apakah pasangan akan pindah bersama setelah menikah atau membuat pertimbangan lain.

Tentu saja, tinggal bersama orang tua juga memiliki kelebihan:

  1. Dukungan emosional: Sisi positifnya, tinggal bersama orang tua dapat memberikan dukungan emosional dan rasa aman, yang dapat membantu untuk melalui suka dan duka dalam berpacaran.
  2. Hemat secara finansial: Kemungkinan untuk bisa lebih hemat secara finansial adalah salah satu keuntungan terbesar. Berbagi pengeluaran seperti biaya sewa, belanja bulanan, dan bahan makanan, memungkinkan pada lajang untuk menabung lebih banyak sehingga tujuan jangka panjang seperti pembayaran utang, membeli rumah sendiri, dll bisa tercapai lebih cepat.
  3. Nilai kebudayaan dalam keluarga: Hubungan baik dalam multigenerasi dan ikatan keluarga sangat dihargai di banyak budaya. Mempertahankan budaya sebuah keluarga dan membangun ikatan kekeluargaan dapat terjaga dengan baik jika tetap tinggal bersama orang tua.
  4. Bakti kepada orang tua: Tinggal bersama orang tua dapat memudahkan dalam merawat dan mendukung mereka jika mereka sudah lanjut usia atau membutuhkan bantuan. Dalam hal ini, kemungkinan seorang anak berada di sisi orang tua dan membantu menjamin kesejahteraan mereka.
  5. Jejaring sosial: Tinggal bersama orang tua juga memberikan peluang untuk mendapatkan jejaring sosial yang lebih luas. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengembangan pribadi dan profesional, selama jaringan sosial orang tua juga cukup luas.

Dampak hidup bersama orang tua pada akhirnya bergantung pada situasi tertentu seperti budaya, sudut pkamung, dan individu itu sendiri. Komunikasi yang terbuka dengan orang tua dan calon pasangan sangat penting untuk mengatasi tantangan ini dan membuat keputusan untuk berpacaran sesuai dengan nilai dan tujuan seseorang.

Setelah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian hidup bersama orang tua, pilihan mana—tinggal di lingkungan yang tidak terlalu menimbulkan stres dengan tekanan yang lebih sedikit atau mempersiapkan diri dengan menabung lebih banyak uang untuk memulai hidup baru dan menemukan orang yang kita cintai—akan memenangkan pergumulan batin dalam pengambilan keputusan untuk hidup para lajang?

“Penting untuk dipahami bahwa keputusan untuk tinggal bersama orang tua saat dewasa adalah pilihan pribadi dan dapat sangat bervariasi tergantung pada keadaan individu dan tradisi budaya,” ungkap Violet Lim, CEO dan Co-Founder dating agency terbesar di Asia, Lunch Actually.

Oleh karena itu, Violet menyarankan para lajang untuk memutuskan dengan bijak mengenai keputusan tentang tempat tinggal. Jika para lajang lebih memilih tinggal bersama orang tua, sebaiknya mereka tidak merasa stres meski ada tekanan dari keluarga untuk menikah.

Berikut beberapa petunjuk untuk para lajang supaya tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain:

  1. Berdamailah dengan status lajang kamu: Terima dan hargai situasi saat ini tanpa menyalahkan atau mengkritik diri sendiri. Sadarilah bahwa menjadi lajang bisa menjadi saat yang tepat untuk pengembangan dan penemuan jati diri. Hindari membandingkan kehidupan kamu sebagai seorang lajang dengan hubungan orang lain. Perjalanan setiap orang itu unik dan berbeda, membandingkan diri kamu dengan orang lain mungkin menimbulkan kebencian dan ketidakpuasan yang tidak perlu.
  2. Praktekkan Self-Compassion: Perlakukan diri kamu dengan baik dan pengertian. Bersikaplah lembut terhadap diri sendiri pada saat kamu merasa kesepian atau ketika kamu menghadapi tantangan dalam kehidupan pribadi kamu. Tingkatkan kebiasaan bersyukur untuk tetap memperhatikan hal-hal baik dalam hidup kamu. Kenali kelebihan dan berkah yang kamu dapatkan, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri kamu.
  3. Fokus pada pengembangan diri: Gunakan waktu ini untuk fokus pada pengembangan diri, hobi, minat, dan tujuan kamu. Perbanyaklah waktu kamu dengan melakukan aktivitas yang memberi kamu kegembiraan dan kepuasan.
  4. Tetapkan batasan yang sehat: Belajarlah untuk mengatakan TIDAK bila diperlukan dan tetapkan batasan yang sehat dalam hubungan, persahabatan, dan pekerjaan kamu. Batasan ini akan membantu kamu melindungi kesehatan mental dan menjaga keseimbangan emosional. Sebaliknya, perbanyak waktu untuk berkumpul dengan teman-teman dan keluarga yang mendukung dan menginspirasi kamu. Berfokuslah untuk membangun hubungan yang bermakna daripada terlalu menghargai pendapat orang lain.
  5. Belajar dari hubungan masa lalu: Renungkan pelajaran yang dapat kamu ambil dari hubungan sebelumnya. Memanfaatkan pelajaran tersebut untuk memahami selera dan keinginan kamu dalam memilih pasangan, yang akan membantu kamu membuat keputusan yang bijaksana tentang hubungan berpacaran kamu di masa depan.
  6. Bersikap terbuka terhadap peluang: Sambil memperhatikan momen kamu saat ini, kamu juga harus terbuka terhadap peluang dan pengalaman baru yang mungkin menghampiri kamu, termasuk hubungan prospektif jika dan ketika memiliki hubungan baru yang bisa saja terjadi tanpa disengaja.

Menjadi lajang bisa menjadi fase kehidupan yang memuaskan dan membahagiakan. Dengan bersikap penuh perhatian kepada diri sendiri, para lajang dapat memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya untuk pengembangan diri dan untuk bisa mencintai diri sendiri. Lajang akan lebih siap untuk melakukan interaksi yang lebih bermakna dengan orang lain di masa depan ketika mereka berkonsentrasi untuk mengembangkan hubungan yang kuat dan penuh kasih sayang terhadap diri mereka sendiri. (**)

RELATED NEWS