Waspada, 4 Masalah Gizi ini Berisiko Anak jadi Stunting

Herlina - Sabtu, 28 Januari 2023 12:09 WIB
Ilustrasi (freepik.com)

JAKARTA, LyfeBengkulu.com- Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh di bawah standar umum untuk usia dan jenis kelamin tertentu. Stunting biasanya disebabkan oleh malnutrisi kronis selama masa pertumbuhan. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup, infeksi berulang, dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang layak.

Stunting pada anak adalah kondisi di mana tinggi badan seorang anak jauh di bawah standar umum untuk usianya. Hal ini biasanya disebabkan oleh malnutrisi kronis selama masa pertumbuhan. Stunting pada anak dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, seperti masalah kognitif, masalah kesehatan reproduksi, dan masalah kesehatan mental.

Anak yang menderita stunting, karena malnutrisi, juga rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya. Stunting dapat menyebabkan rendahnya tingkat belajar, rendahnya tingkat produktivitas, dan dapat pula menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan di masa depan. Stunting juga dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti diabetes, hipertensi, dan masalah jantung.

Prevalensi stunting di dunia saat ini masih cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Upaya-upaya untuk mengurangi stunting pada anak meliputi perbaikan asupan gizi, perlindungan terhadap infeksi, dan akses yang lebih baik ke air bersih dan sanitasi.

Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi oleh 4 masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah 4 masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi.

''Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya,'' kata Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH di Jakarta yang dikutip Sabtu (28/01).

Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan. Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.

Dikatakan Dirjen Endang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

''Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,'' ungkapnya.

Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

''Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,'' ucap Dirjen Endang.

Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.

16 kabupaten/kota percontohan itu berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan. Sisanya mulai tahun 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota.

Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.

Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14% di tahun 2024. Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.

Ada peningkatan proporsi pada tahun 2022 yaitu inisiasi menyusui dini menjadi 60,1% dari yang sebelumnya 47,2% tahun 2021. Anak yang diberi ASI jadi 96,4% tahun 2022 dari yang sebelumnya 73,5% tahun 2021. Namun anak yang menyelesaikan ASI eklusif sampai 6 bulan turun hingga xx%.

Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9% tahun 2022 dari yang sebelumnya 35,5% tahun 2021, dan konseling gizi 32% tahun 2022 dari sebelumnya 21,5% tahun 2021.

Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan. ''Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,'' ucap Dirjen Endang. (**)

Editor: Herlina
Tags stunting pada anak Bagikan

RELATED NEWS