Bagaimana Menghindar dari Hubungan yang Toxic ?
JAKARTA,LyfeBengkulu.com- Publik dikejutkan dengan “drama” gugatan Johnny Depp terhadap mantan istrinya, Amber Heard. Ini menjadi salah satu berita terhangat di seluruh dunia.
Tak pelak publik pun mulai menyoroti hubungan toxic ‘hubungan yang tidak sehat/beracun’ yang juga dialami oleh banyak pasangan, juga termasuk para lajang yang pernah mengalami hal serupa. Dalam sebagian besar kasus, para korban atau bahkan kedua belah pihak tidak menyadari bahwa mereka berdua sedang berada dalam hubungan yang toxic dan saling menyakiti sepanjang perjalanan hubungan mereka, bahkan jika orang lain melihat jelas bagi orang hubungan toxic tersebut.
Violet Lim, Chief of Cupid dan CEO Lunch Actually - pelopor sekaligus dating agency terbesar di Asia, membagikan tips tanda-tanda hubungan toxic, dan cara mengidentifikasi hubungan toxic.
- Rasa cemburu yang berlebihan dan kurangnya kepercayaan
Hubungan seharusnya menjadi tempat aman kita untuk menjadi diri sendiri, memiliki seseorang yang bisa diandalkan, dan sama-sama bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dalam setiap aspek. Dalam hubungan yang toxic, mereka akan menjadi sangat kompetitif, bukan dengan cara yang sehat karena mereka tidak akan membiarkan pasangannya menjadi lebih baik atau bersama seseorang yang lebih baik dari mereka.
Salah satu pihak akan takut pasangannya meninggalkan mereka. Dengan demikian, mereka akan mengendalikan pasangannya tentang siapa yang ditemui, siapa yang disukai, dll, dan tidak membiarkan pasangannya tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
- Tidak ada 'Take and Give' hanya 'All Take, No Give'
Hubungan yang sehat adalah hubungan dimana keduanya merasa bahagia bersama dengan saling memenuhi kebutuhan dan keinginan masing-masing. Ketika kamu merasa selalu menjadi pihak yang menyenangkan pasangan dan hanya memikirkan apa yang membuat pasangan kamu bahagia tanpa mempertimbangkan kebahagiaan kamu sendiri, kamu harus berhenti.
- Tips untuk Berbisnis Makanan dan Minuman
- Terbang dengan Citilink, Bayar Pakai Paylater Cicilan 0 Persen
- MinyaKITA, per Liter Rp 14.000 Gantikan Minyak Goreng Curah
Seringkali, kamu akan berpikir bahwa hal itu normal dan kamu masih dapat mentoleransi perilaku pasangan kamu, kemudian, kamu berharap mereka akan berubah. Tapi, itu berputar di tempat yang sama, kamu hanya akan memberikan sesuatu kepada mereka tanpa mendapatkan sesuatu kembali dari mereka.
- Membuat alasan atas perilaku buruk pasangan kamu
Jika kamu pernah mendengar teman dekat kamu mengkritik pasangan kamu, dan kamu selalu berargumen bahwa 'kamu tidak mengenalnya sebaik saya mengenal dia' tetapi kamu tidak benar-benar berpendapat seperti itu dalam hati kecil kamu, itu adalah tanda bahaya. Ketika kamu merasa dipaksa untuk membela pasangan, kamu perlu memikirkan kembali hubungan tersebut.
Cara mengidentifikasi hubungan toxic, yang jika kamu mengenali perasaan ini, maka sudah saatnya kamu untuk mempertimbangkan kembali hubungan tersebut:
- Komunikasi terasa melelahkan
Dalam hubungan apapun, komunikasi adalah kuncinya. Ketika kamu merasa semua yang kamu katakan seolah berbalik melawan kamu sendiri, kamu perlahan-lahan berhenti mencoba untuk mengatakan apa yang kamu rasakan karena kamu tahu ke mana arah pembicaraan tersebut nantinya akan berakhir.
- Bahaya Racun Timbel Peleburan Aki Bekas dan Cat Merusak Syaraf Anak
- Surplus Beras Hingga 7 Juta Ton, Indonesia Swasembada Pangan
- BKKBN Optimis Tingkatkan Ekonomi Keluarga Akseptor di Masa Pandemi Covid-19
Ketika Anda mengatakan hal-hal seperti "Saya merasa sangat sedih tentang pekerjaan akhir-akhir ini" dan jenis respon yang kamu dapatkan malah seperti "kamu tampak baik-baik saja ketika teman-temanmu ada, kenapa kamu mengeluh saat bersamaku?". Semuanya terasa seperti itu salahmu.
- Kamu terus-menerus merasa terjebak
Setiap pertanyaan, setiap pernyataan terasa seperti jebakan. Sebuah cara yang tertata rapi, di mana pada akhirnya pasangan kamu "membuktikan" suatu hal. Misalnya, alih-alih bertanya, "Apakah kamu ingin makan malam denganku?" Pertanyaannya diutarakan menjadi "Apakah kamu lebih suka berada di depan laptop dibanding makan malam dengan saya?".
Kemudian, jika kamu menjawab apa pun selain dari apa yang pasangan kamu harapkan, itu menjadi bumerang bagi kamu, seperti "Kamu selalu ..." atau "Kamu tidak pernah ...". Namun, hasil dari pertanyaan tersebut akan sama sekali berbeda jika peran atau pertanyaannya dibalik kepada mereka.
- Cara saya atau cara saya?
Perilaku mengontrol dapat tumbuh menjadi sesuatu yang sangat buruk. Hanya karena kalian adalah pasangan, bukan berarti kamu harus setuju dengan semua yang dikatakan pasangan kamu. Itu tidak berarti bahwa kamu tidak mencintai mereka hanya karena kamu memiliki sudut pandang yang berbeda.
Pasangan yang saling mendukung dan akan menghargai apa yang masing-masing katakan, meskipun jika mereka tidak setuju dengan hal tersebut. Sebesar apapun keinginan orang yang ingin menjadi dua kepala dalam satu perahu, kamu masih boleh memiliki dua pemikiran yang sangat berbeda satu sama lain dan hal tersebut sangatlah wajar.
- Jelang Iduladha, Kementerian Agama Siapkan Atur Terkait Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
- Tips Memaksimalkan Fitur MIUI 13 untuk Tingkatkan Produktivitas
- G20, Momentum Indonesia Berkontribusi Dorong Aksi Strategis Atasi Perubahan Iklim
Memiliki hubungan yang toxic bukanlah dosa atau aib, kamu tidak perlu menyembunyikannya dari orang lain, terutama orang yang kamu percayai. Kita sebagai manusia, tidak bisa mengubah karakter dan perilaku orang lain. Ketika kita mencintai seseorang, kita sering berpikir bahwa kita dapat menangani perilaku buruk mereka dan memperbaikinya perilaku tersebut jika kita cukup sabar untuk bertahan, tetapi itu tidaklah benar.
Sebelum kamu terlibat terlalu dalam dengan seseorang yang memiliki karakteristik yang dapat menyebabkan hubungan toxic, pastikan kamu bisa mengidentifikasi tanda bahayanya dan pergi sebelum terlambat. Dan jika kamu sudah terlibat, carilah bantuan dari seseorang yang kamu percayai atau bahkan cari bantuan dari tenaga profesional. (**)